Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang terjadi di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah menambah jumlah pengungsi hingga 12.200 orang. Menurut pernyataan Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), saat ini tercatat ada 9 korban meninggal dan 3 luka-luka akibat peristiwa yang terjadi pada hari Senin (4/11) dini hari tersebut.
Peningkatan Jumlah Pengungsi
Dalam laporannya, Kusworo menyampaikan bahwa sebelumnya jumlah pengungsi tercatat sekitar 11.000 orang, namun pada hari ini laporan terbaru menunjukkan angka yang lebih tinggi, yaitu sekitar 12.200 individu. Angka ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk memfasilitasi kebutuhan hidup para pengungsi yang terpaksa meninggalkan rumah mereka demi keselamatan.
Langkah-Langkah Penanganan
Di tengah meningkatnya jumlah pengungsi, Kusworo mengungkapkan syukur karena tidak ada laporan mengenai korban yang hilang. "Kami bersyukur tidak ada korban hilang dalam bencana ini. Kami berkomitmen untuk menanggulangi situasi ini dengan mengikuti prosedur dan undang-undang yang berlaku," ujarnya. Ia menjelaskan bahwa Basarnas bertindak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan, yang mencakup pencarian, penyelamatan, dan evakuasi.
Fasilitas untuk Para Pengungsi
Basarnas berupaya menyediakan tempat pengungsian yang nyaman dan aman bagi para pengungsi. Mereka berkomitmen untuk memastikan bahwa para pengungsi merasa aman dan nyaman selama berada di lokasi evakuasi. Hal ini penting untuk menjaga kondisi fisik dan psikologis para pengungsi, terutama anak-anak yang mungkin mengalami trauma akibat bencana tersebut.
Personel dan Sumber Daya yang Dikerahkan
Pihak Basarnas telah mengerahkan sekitar 2.000 hingga 3.000 personel SAR gabungan, termasuk tim dari Maumere dan Kupang, untuk mempercepat evakuasi dan memberikan bantuan bagi para korban. "Kami masih berada di lokasi sejak hari keterpurukan untuk memastikan semua proses dilakukan dengan baik," tambah Kusworo.
Dampak Erupsi
Letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki berdampak signifikan terhadap masyarakat sekitar, menyebabkan kematian dan memaksa belasan ribu orang untuk berpindah tempat demi keselamatan. Kejadian ini mengingatkan kita akan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam yang kerap terjadi di Indonesia, sebuah negara yang terletak di Cincin Api Pasifik.
Penanganan Trauma dan Pemulihan
Dalam upaya pemulihan, pihak kepolisian juga turut berperan dengan mengajak anak-anak yang terdampak untuk beraktivitas, termasuk bermain, agar mereka dapat mengatasi trauma yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut. Aktivitas semacam ini diharapkan dapat membantu mereka merasa lebih baik secara emosional dan psikologis.
Kesimpulan
Dengan terus meningkatnya jumlah pengungsi akibat erupsi Gunung Lewotobi, upaya penanganan bencana menjadi tanggung jawab bersama semua pihak terkait. Komunikasi yang baik serta koordinasi yang erat antara instansi pemerintah, SAR, dan masyarakat sangat diperlukan untuk memastikan semua pengungsi menerima bantuan yang memadai dan dapat menjalani proses pemulihan secepatnya.