Kabar duka datang dari dunia pers Indonesia, dimana Atmakusumah Astraatmadja, tokoh pers yang dikenal luas, meninggal dunia pada hari Kamis, pukul 13.05 WIB di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana, Jakarta. Beliau menghembuskan nafas terakhir setelah berjuang melawan gagal ginjal dan dirawat di Unit Perawatan Intensif (ICU).
Putra kedua Atmakusumah, Rama Ardana Astraatmadja, menyatakan rasa terima kasihnya kepada tim medis RSCM atas perawatan yang diberikan kepada ayahnya. "Ayah sempat dirawat di ICU RSCM Kencana lantai 3. Mohon doa bagi ayah, semoga amal dan perbuatannya selama hidupnya dikenang dan bermanfaat bagi semua yang ditinggalkan," ujarnya.
Perjalanan Karier Jurnalistik
Atmakusumah Astraatmadja adalah sosok yang memiliki pengaruh besar dalam dunia jurnalisme Indonesia. Ia menjabat sebagai Ketua Dewan Pers dari tahun 2000 hingga 2003. Selama masa jabatannya, Dewan Pers mendapatkan sebutan “independen” setelah pertama kalinya diketuai oleh tokoh masyarakat. Hal ini menandai perubahan penting, karena sebelumnya Dewan Pers berada di bawah kendali Menteri Penerangan.
Karier jurnalistik Atmakusumah dimulai pada usia 20 tahun di harian Indonesia Raya pada medio 1950-an. Selama perjalanan kariernya, ia sempat menjadi redaktur pelaksana di media yang sama ketika terbit kembali pada tahun 1968. Di balik prestasinya, Atmakusumah juga mengalami masa kelam ketika harian Indonesia Raya dibredel oleh Pemerintah Orde Baru pada tahun 1974.
Kontribusi di Berbagai Media
Atmakusumah juga aktif sebagai koresponden Pers Biro Indonesia (PIA) yang kemudian bergabung dengan Kantor Berita ANTARA. Saat berada di luar negeri, ia tidak hanya berfungsi sebagai jurnalis, tetapi juga menjabat sebagai ketua Serikat Sekerja ANTARA antara tahun 1966 hingga 1968. Selain itu, ia juga terlibat dalam berbagai program penyiaran radio, menjadi komentator isu-isu dalam negeri dan luar negeri di RRI serta Radio Australia.
Ia juga menambah wawasan publik melalui karyanya sebagai asisten pers dan spesialis informasi di United States Information Service (USIS) hingga tahun 1992. Semangat Atmakusumah untuk mendidik generasi muda dalam bidang jurnalisme terlihat melalui perannya sebagai pengajar dan Direktur Eksekutif Lembaga Pers Dokter Soetomo (LPDS) dari tahun 1993 hingga 2002.
Pencapaian dan Penghargaan
Di bidang pendidikan dan penulisan, Atmakusumah tidak hanya menghasilkan karya tulis, tetapi juga mengasuh kanal "Atma Menjawab" di laman lpds.or.id, yang menjawab berbagai isu seputar kasus jurnalistik. Beliau menjadi penulis kolom di berbagai media cetak nasional dan internasional serta menyunting buku-buku penting, termasuk "Tahta untuk Rakyat" yang mengisahkan tentang Sultan Hamengku Buwono IX.
Atmakusumah dianugerahi Anugerah Ramon Magsaysay pada 31 Agustus 2000 dalam kategori Jurnalisme, Sastra, dan Seni Komunikasi Kreatif. Tak hanya itu, ia juga mendapatkan Kartu Pers Nomor Satu dari komunitas Hari Pers Nasional pada tahun 2010, Medali Emas Kemerdekaan Pers pada tahun 2011, serta Anugerah Pengabdian Sepanjang Hayat dari Dewan Pers pada tahun 2023.
Warisan dan Keluarga
Dikenal akrab dengan sapaan Pak Atma, Atmakusumah lahir pada 20 Oktober 1938 di Labuan, Banten. Beliau berasal dari keluarga terhormat, dimana ayahnya, Joenoes Astraatmadja, pernah menjabat sebagai asisten wedana dan Bupati Bekasi. Dalam kehidupan keluarga, Atmakusumah bersama pasangan, Sri Rumiati, dikaruniai tiga orang putra yang kini memiliki prestasi masing-masing.
Kepada anak-anaknya, Atmakusumah meninggalkan warisan di dunia jurnalistik yang penuh dengan dedikasi dan komitmen. Keluarga utuh sangat menghargai niat dan usaha yang telah diperjuangkan oleh Atmakusumah dalam dunia pers.
Kepergian Atmakusumah Astraatmadja merupakan kehilangan besar bagi dunia jurnalisme Indonesia. Warisan pemikiran dan perjuangannya akan selalu dikenang dan diupdate dalam sejarah pers tanah air.