Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

IHSG Berfluktuasi: Peluang Investasi di Tengah Penurunan

IHSG Berfluktuasi: Peluang Investasi di Tengah Penurunan

by Joko Susanto at 13 Oct 2024 18:51

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menempati level 7.500, tepatnya di angka 7.520,60 setelah mengalami penurunan signifikan sebesar 3,56% dalam sebulan terakhir. Penurunan ini hampir sepenuhnya disebabkan oleh tekanannya terhadap sejumlah saham berkapitalisasi pasar besar, atau yang sering disebut big cap. Meskipun terjadi penyesuaian, namun daya tarik saham-saham big cap tetap dominan dan menjadi perhatian utama para investor.

Saham Big Cap Mengalami Penurunan

Berdasarkan data terbaru, terdapat sejumlah saham big cap yang sempat mengalami kenaikan tetapi kini mulai melandai kinerjanya. Salah satu yang paling mencolok adalah saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Setelah sebelumnya mencapai level tertinggi pada Rp 11.900, saham ini kini terhempas ke kisaran Rp 6.500 per saham setelah ditarik dari indeks Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russell.

Akibatnya, market cap dari BREN juga mengalami penyusutan hingga ke bawah level Rp 1.000 triliun, yakni menjadi Rp 870 triliun. Di tengah penurunan ini, BREN tetap mempertahankan posisinya sebagai emiten kedua dengan market cap terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Selain BREN, saham-saham big cap lainnya seperti PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) juga mengalami penurunan. Bahkan, beberapa saham dalam daftar Top 10 market cap masih tertinggal jika dilihat dari kinerja year to date, diantaranya adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), dan PT Astra International Tbk (ASII).

Pemahaman Terhadap Sentimen Pasar

Direktur Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada, menjelaskan bahwa posisi market cap emiten dipengaruhi oleh faktor fundamental dan juga persepsi investor. "Pergerakan saham-saham big cap sangat sensitif terhadap dinamika pasar. Ketika sentimen positif muncul, saham-saham ini cenderung menjadi incaran investors," ujarnya.

Selain itu, analyst Certified Elliott Wave, Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus, menambahkan bahwa arus dana dari investor asing turut berperan dalam pergerakan saham-saham big cap. Terutama pada situasi cenderung outflow yang dipicu oleh stimulus ekonomi dari China, yang membuat investor lebih tertarik untuk berinvestasi di pasar tersebut.

Seiring dengan banyaknya profit taking setelah saham big cap melesat dan IHSG mencapai rekor tertinggi, para pelaku pasar kini bersikap wait and see menjelang pelantikan presiden baru yang direncanakan akan berlangsung pada 20 Oktober mendatang.

Secara Global dan Domestik

Dengan adanya ketidakpastian global, terutama terkait tensi geopolitik di Timur Tengah, serta spekulasi arah pemangkasan suku bunga acuan, investor semakin berhati-hati. Namun, pelantikan presiden baru serta penyusunan kabinet diperkirakan akan menjadi faktor penting dalam mempengaruhi sikap investor ke depan.

Oktavianus Audi, Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, juga menambahkan bahwa kebijakan moneter yang lebih longgar berpotensi menarik kembali aliran dana ke dalam pasar. "Kalau The Fed memutuskan untuk memangkas suku bunga sesuai rencana hingga akhir tahun, hal ini dapat mendorong masuknya kembali capital inflow ke Indonesia," ujarnya.

Potensi Rebound dan Buy on Weakness

Musim rilis laporan keuangan kuartal III-2024 pun dianggap sebagai potensi pendorong bagi saham-saham big cap. Saduran dari Senior Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas, Fath Aliansyah menekankan pentingnya melakukan seleksi dalam mengoleksi saham-saham tersebut secara bertahap. Antara lain, saham BBRI dan ASII menjadi perhatian khusus.

Menurut pengamat pasar modal, William Hartanto, meskipun potensi pelemahan saham big cap masih ada, namun teramat terbatas. "Ada peluang menarik untuk menerapkan strategi buy on weakness pada saham-saham tersebut. Rekomendasi yang menarik antara lain BBRI, TLKM, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)," ujarnya.

Financial Expert dari Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, juga memprediksi bahwa sejumlah saham big cap akan mengalami rebound. Ia melihat sektor perbankan masih menjadi pilihan menarik, apalagi dengan rilis kinerja keuangan yang diperkirakan membaik serta inisiatif insentif di sektor properti.

Di antara saham-saham tersebut, Ratih menyebutkan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebagai salah satu yang menarik dengan target harga resistance di Rp 7.300. Pendapat serupa juga disampaikan oleh Reza, yang sependapat adanya potensi pada big cap di sektor perbankan, dengan rekomendasi di saham-saham BBRI, BBNI, dan BMRI.

Kesimpulan

Untuk investor, situasi ini bisa menjadi waktu yang tepat untuk melakukan analisis mendalam terhadap portofolio saham yang dimiliki. Faktor-faktor risiko eksternal dan domestik perlu dijadikan pertimbangan untuk menarik peluang investasi. Saham big cap yang mengalami koreksi seharusnya dipertimbangkan sebagai peluang untuk membeli bagi investor yang bersikap selektif.