Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Kinerja Emiten Properti 2024: Peluang Cemerlang di Tengah Tantangan

Kinerja Emiten Properti 2024: Peluang Cemerlang di Tengah Tantangan

by Fitri Wulandari at 13 Oct 2024 20:32

Jakarta - Kinerja emiten properti di Indonesia diprediksi akan mengalami perbaikan menjelang akhir tahun 2024, dipicu oleh sejumlah sentimen positif di industri. Di tengah penurunan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat dan Bank Indonesia, sector properti menunjukkan potensi yang menjanjikan bagi para investor.

Penurunan Suku Bunga sebagai Angin Segar

Dalam bulan September lalu, The Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi rentang 4,75-5,0%. Penurunan tersebut diharapkan akan berlanjut di sisa tahun ini, memberikan harapan baru bagi sektor properti. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) juga menurunkan suku bunga BI rate menjadi 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung di bulan yang sama.

Insentif PPN DTP dan Kebijakan Pajak

Selain penurunan suku bunga, industri properti mendapat dukungan dari insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang ditanggung pemerintah (DTP) sebesar 100% sepanjang tahun 2024. Insentif ini diyakini akan mendorong permintaan properti, terutama untuk hunian yang harganya di bawah Rp 5 miliar.

Kabar positif lainnya datang dari program pemerintahan Prabowo Subianto, presiden terpilih, yang berencana menghapus PPN serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB). Program ini diproyeksikan berlangsung dalam rentang satu hingga tiga tahun ke depan.

Target Pembangunan dan Kinerja Emiten

Prabowo juga mencanangkan pembangunan tiga juta rumah dalam setahun, yang akan memberikan dampak positif bagi permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi. Semua kebijakan ini diyakini akan memperkuat kinerja emiten properti.

Analisis Kinerja Saham Emiten Properti

Menurut Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus, beberapa emiten properti mencatatkan kinerja saham yang menarik. Contohnya, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mengalami kenaikan saham sebesar 25,22% year to date (YTD). PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) masing-masing mencatatkan kenaikan 20,09% dan 11,23% YTD. PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) bahkan mencatat kenaikan fantastis sebesar 45,12% YTD.

Emiten Kenaikan Saham YTD
PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) 25,22%
PT Ciputra Development Tbk (CTRA) 20,09%
PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) 11,23%
PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) 45,12%
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) 18,06%

Secara keseluruhan, kinerja saham para emiten properti di tahun ini dinilai telah mencerminkan kinerja keuangan dan operasional masing-masing. Daniel menyoroti bahwa meskipun tren pembelian rumah tidak begitu tinggi, stimulus kebijakan PPN DTP 100% telah memberikan dukungan yang signifikan bagi mereka.

Proyeksi dan Rekomendasi Investasi

Di sisa tahun 2024, kinerja emiten properti diharapkan semakin melesat berkat kebijakan baru dan penurunan suku bunga. Meskipun ada sentimen negatif seperti melemahnya daya beli masyarakat dan deflasi yang terjadi, para analis tetap optimis terhadap prospek industri ini.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta Utama mengindikasikan bahwa meskipun situasi saat ini cukup menantang, saham emiten properti menunjukkan potensi rebound. Nafan merekomendasikan untuk membeli dalam keadaan lemah (buy on weakness) untuk saham ASRI dan BSDE, dengan target harga masing-masing Rp 270 per saham dan Rp 1.400 per saham. Sementara itu, saham CTRA direkomendasikan untuk dibeli secara akumulatif dengan target harga Rp 1.515 per saham.

Awas Risiko Makroekonomi di Masa Depan

Namun, di balik potensi yang cerah ini, terdapat risiko dari sisi makroekonomi. Wacana kenaikan tarif PPN menjadi 12% pada tahun 2025 berpotensi mengurangi daya beli konsumen. Analis NH Korindo Sekuritas, Axell Ebenhaezer, menekankan bahwa kinerja emiten properti di sisa tahun ini masih cukup kuat, namun risiko-risiko tersebut harus diperhatikan.

Sementara itu, Head of Investment Reswara Gian Investa, Kiswoyo Adi Joe, mengingatkan bahwa meskipun ada sentimen positif, dampaknya perlu waktu untuk terlihat. Menurutnya, pengaruh penurunan suku bunga tidak akan langsung terasa dan mungkin baru dapat diamati menjelang semester I 2025.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, meskipun ada tantangan seperti melemahnya daya beli masyarakat dan ketidakpastian dalam mekanisme kebijakan pajak, kinerja emiten properti menunjukkan tanda-tanda positif menuju akhir tahun ini. Para investor diharapkan tetap waspada dan mempertimbangkan rekomendasi yang ada untuk mengambil keputusan investasi yang cerdas.