Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Laba PT Adhi Karya Naik Drastis Meski Pendapatan Turun

Laba PT Adhi Karya Naik Drastis Meski Pendapatan Turun

by Gilang Permana at 15 Oct 2024 18:55

Kinerja PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) pada kuartal III 2024 menunjukkan hasil yang mengejutkan. Meskipun pendapatan usaha mengalami penurunan yang signifikan, laba bersih perusahaan ini justru melonjak hampir dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Ini adalah bukti bahwa strategi manajemen perusahaan dalam menekan biaya telah membuahkan hasil, walaupun tantangan masih membayangi di depan.

Kenaikan Laba Bersih yang Menggembirakan

Menurut laporan keuangan yang dirilis pada 15 Oktober 2024, Adhi Karya mencatatkan laba bersih sebesar Rp 69,32 miliar hingga akhir September 2024, atau naik sebesar 194,51% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pencapaian ini mengesankan mengingat pendapatan usaha perusahaan mengalami penurunan sebesar 19,97% secara tahunan, dari Rp 11,44 triliun menjadi Rp 9,16 triliun.

Detail Performa Pendapatan

Segmen teknik dan konstruksi, yang menjadi tulang punggung Adhi Karya, menyumbang pendapatan sebesar Rp 7,20 triliun. Namun, penurunan pendapatan ini tidak terhindarkan, dengan kontribusi segmen lainnya sebagai berikut:

Segmen Pendapatan (Rp Triliun)
Manufaktur 1,25
Properti dan Pelayanan 0,378
Investasi dan Konsesi 0,315

PCI yang dicatatkan Adhi Karya mengalami penurunan laba bruto sebesar 22,88% YoY, menjadi Rp 863,58 miliar. Meskipun beban pokok pendapatan juga mengalami penurunan dari Rp 10,32 triliun menjadi Rp 8,29 triliun, kondisi ini masih membebani laba bruto.

Kenaikan Laba Ventura dan Asosiasi

Salah satu faktor yang mendorong peningkatan laba bersih ADHI adalah laba ventura bersama yang meningkat tajam menjadi Rp 568,73 miliar, dibandingkan hanya Rp 277,61 miliar pada tahun sebelumnya. Pendapatan lain juga mengalami kenaikan, tercatat sebesar Rp 83,30 miliar, naik dari Rp 70,67 miliar di tahun lalu. Selain itu, perusahaan berhasil membalik rugi dari entitas asosiasi, yang sebelumnya melaporkan rugi Rp 2,28 miliar, kini menjadi laba Rp 7,89 miliar.

Reaksi Pasar dan Proyeksi Masa Depan

Analis dari Panin Sekuritas, Aqil Triyadi, mencatat bahwa pendapatan yang menurun khususnya di segmen teknik dan konstruksi harus menjadi perhatian. Kontrak baru Adhi Karya pada Agustus 2024 hanya mencapai Rp 13,6 triliun, turun 44% dari tahun lalu dan baru 36% dari target tahun ini yang sebesar Rp 37,4 triliun.

Aqil berpendapat, penurunan pendapatan ini dipengaruhi oleh basis tinggi yang terjadi pada tahun 2023 ketika nilai kontrak baru meningkat pesat. Faktor eksternal seperti Pemilu Presiden 2024 dan transisi pemerintahan juga berpotensi memperlambat perolehan proyek.

Rekomendasi untuk Investor

Aqil merekomendasikan untuk mempertahankan posisi pada saham ADHI, dengan target harga Rp 310 per saham. Sementara itu, analis lain dari Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora, menilai kinerja ADHI yang meningkat di tengah turunnya pendapatan disebabkan oleh berkurangnya beban pokok. Namun, ia juga memberikan rekomendasi jual pada kekuatan harga.

Di sisi lain, Herditya Wicaksana dari MNC Sekuritas melihat pergerakan ADHI masih dalam level support dan resistance, merekomendasikan untuk membeli pada kekuatan pasar dengan target harga di kisaran Rp 308 dan Rp 328 per saham. Rekomendasi ini menunjukkan optimisme meskipun ada tantangan yang nyata.

Kesimpulan

Kenaikan laba bersih yang signifikan meski pendapatan menurun menunjukkan bahwa manajemen ADHI berhasil mengambil langkah-langkah strategis untuk menekan biaya dan memaksimalkan laba. Ini menjadi sinyal positif bagi investor untuk terus memantau perkembangan dan melakukan tindakan investasi yang tepat. Namun demikian, tantangan seperti dinamika pasar yang tidak menentu dan ketidakpastian politik memberikan sinyal untuk tetap waspada.

Dengan proyeksi yang bervariasi dari para analis, keputusan investor untuk terlibat dalam saham ini harus didasarkan pada analisis mendalam terhadap risiko dan potensi yang ada. Adhi Karya tetap menjadi perhatian di tengah perubahan pasar dan kebijakan pemerintah yang berpotensi mempengaruhi sektor konstruksi di Indonesia.