PT Astra International Tbk (ASII) mengumumkan penurunan penjualan kendaraan roda empat pada bulan September 2024. Meskipun penjualan turun, Astra masih mempertahankan dominasi di pasar otomotif Indonesia dengan menguasai 55% pangsa pasar dari total pasar mobil nasional. Berdasarkan data internal perusahaan, penjualan mobil merek Astra pada bulan September 2024 tercatat mencapai 40,096 unit, sebuah penurunan sebesar 8,97% dibandingkan dengan penjualan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 44,051 unit.
Selain penurunan tahun-ke-tahun (YoY), penjualan juga mengalami kontraksi dari bulan ke bulan (month on month/MoM) sebesar 4,97%. Menanggapi keadaan ini, Boy Kelana Soebroto, Head of Corporate Communications Astra, menyatakan bahwa perusahaan berkomitmen untuk terus menghadirkan produk berkualitas dan memberikan layanan terbaik kepada pelanggan. Boy menambahkan, “Kami berharap dapat terus berkontribusi positif bagi industri otomotif nasional,” dalam keterangan resmi yang diterima pada Jumat (11/10).
Penjualan Mobil Nasional Juga Turun
Sekilas, penjualan mobil secara nasional pada September 2024 turut menunjukkan penurunan sebesar 9,07% YoY. Dari angka 79,919 unit tahun lalu, kini hanya tercatat 72,667 unit. Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya Astra yang merasakan dampak dari penurunan daya beli masyarakat, tetapi seluruh industri otomotif di tanah air.
Penyebab Penurunan Penjualan
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer, mengungkapkan bahwa penurunan penjualan kendaraan roda empat dipengaruhi oleh menurunnya daya beli masyarakat pada semester II-2024. Selain itu, kenaikan harga komponen otomotif akibat fluktuasi nilai tukar rupiah yang sempat merosot menjadi salah satu faktor yang memberatkan kondisi pasar.
“Namun, seiring dengan mulai dilonggarkannya suku bunga dan membaiknya nilai tukar rupiah, kami percaya bahwa sentimen dari sektor otomotif akan kembali menguat di masa depan,” jelas Miftahul dalam wawancara.
Peluang Investasi di Saham ASII
Dari sudut pandang investasi, Miftahul menilai bahwa saham ASII tetap layak untuk dikoleksi. Meski dalam kondisi tekanan daya beli, valuasi perusahaan masih tergolong undervalue. Hal ini menunjukkan peluang yang cukup menarik bagi investor jangka panjang.
Hendra Wardana, Founder Stocknow.id, turut mendukung pandangan bahwa potensi penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) akan memberikan dampak positif bagi perekonomian global termasuk Indonesia. “Sektor otomotif, khususnya Astra yang baru-baru ini mencatat penurunan penjualan, akan sangat diuntungkan oleh kebijakan suku bunga yang lebih rendah,” ungkap Hendra.
Dampak Kebijakan Suku Bunga dan Perkembangan EV
Di tengah tekanan inflasi dan persaingan dari kendaraan listrik (EV), analisis Hendra menunjukkan bahwa penurunan biaya penyelesaian kredit akan mendorong konsumen kembali melakukan pembelian mobil, terutama bagi mereka yang sebelumnya menunda karena tingginya suku bunga. Dengan meningkatnya aksesibilitas kredit, pasar otomotif berpotensi memulih.
Lebih dari itu, kebijakan pemerintah yang mendukung insentif pada industri otomotif dan mendorong adopsi kendaraan listrik dipandang sebagai langkah yang tepat untuk memperkuat pemulihan sektor ini. Sebagai perusahaan yang telah mendiversifikasikan bisnisnya di berbagai sektor, Astra memiliki fundamental yang cukup solid untuk menghadapi fluktuasi pada sektor otomotif.
Inovasi di Sektor Kendaraan Ramah Lingkungan
Astra International terus berinovasi di segmen kendaraan ramah lingkungan, yang merupakan langkah strategis untuk tetap relevan di pasar otomotif yang terus berkembang. Dengan potensi pemulihan daya beli masyarakat dan dukungan kebijakan pemerintah, saham ASII dinilai tetap menarik untuk investor yang memiliki pandangan jangka panjang.
Rekomendasi Saham dan Target Harga
Dari sisi rekomendasi investasi, Hendra merekomendasikan untuk melakukan pembelian pada titik harga sekitar Rp 4,810 per saham, yang dinilai sebagai kesempatan baik melihat potensi rebound. Target harga yang diusulkan adalah pada level Rp 5,300, yang mencerminkan kemungkinan kenaikan yang menarik walau tetap memperhatikan sentimen pasar jangka pendek.
Miftahul juga merekomendasikan strategi "buy on retracement" dengan target harga di kisaran Rp 5,225. “Dukungan dari penurunan suku bunga serta inisiatif Astra di sektor EV akan menjadi katalis penting bagi pertumbuhan jangka panjang perusahaan ini,” tutup Miftahul.