Setelah mentor pekan lalu mengalami penurunan performa, para analis memprediksi bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berisiko untuk melemah pada perdagangan Senin, 18 November 2024. Penurunan IHSG ini menjadi perhatian para investor, mengingat sebelumnya IHSG mengalami koreksi signifikan yang mencapai 1,73%.
Analisis Pergerakan IHSG
Sepanjang pekan lalu, yaitu antara 11 hingga 15 November 2024, IHSG turun ke level 7.161,258 dari posisi sebelumnya yang mencapai 7.287,191. Kapitalisasi pasar juga turut terjun, mencatat penurunan sebesar 1,46% hingga menjadi Rp12.063 triliun. Penurunan ini juga terlihat dalam rata-rata frekuensi transaksi harian bursa yang menurun 1,77%, dari 1,30 juta menjadi 1,28 juta transaksi.
Pelemahan Indikator Teknikal
Selaras dengan penurunan performa pasar, Valdy Kurniawan, Kepala Riset di Phintraco Sekuritas, menyatakan bahwa pelemahan IHSG menunjukkan pelebaran negative slope pada indikator MACD (Moving Average Convergence Divergence). Dalam grafik teknikal, terlihat juga adanya pembentukan death cross pada Stochastic RSI, yang mengindikasikan potensi pelemahan lebih lanjut.
Perkiraan IHSG dan Level Support
Valdy memproyeksikan IHSG berpotensi melanjutkan tren pelemahan dengan level support yang perlu diperhatikan di angka 7.100. Ini menunjukkan kondisi yang semakin menantang bagi para pelaku pasar yang harus bisa mengantisipasi setiap perubahan yang muncul dalam transaksi bursa.
Sentimen Pasar Global
Dari sisi global, pasar saat ini sedang menantikan rilis data sales rumah yang ada di AS untuk bulan Oktober 2024, yang dijadwalkan rilis pada Kamis, 21 November. Proyeksi menunjukkan peningkatan data dari 3,84 juta menjadi 3,88 juta, meskipun masih dalam konteks yang tidak sepenuhnya positif.
Lebih lanjut, pasar juga akan melihat rilis data S&P Global Manufacturing PMI Flash untuk bulan November yang akan mengindikasikan kondisi sektor manufaktur. Rilis data ini diperkirakan mengalami sedikit peningkatan menjadi 49,2, namun masih berada dalam zona kontraksi, yang menunjukkan tantangan bagi sektor industri tersebut.
Situasi di Eropa
Pasar Eropa juga menghadapi tantangan tersendiri dengan rilis data inflasi kawasan Euro untuk bulan Oktober yang dijadwalkan pada 19 November. Diprediksi inflasi akan mengalami peningkatan dari 1,7% pada September menjadi 2%. Hal ini bisa berimplikasi terhadap kebijakan moneter dari European Central Bank (ECB) di sisa tahun ini, yang berpotensi mempengaruhi sentimen pasar ke depan.
Perhatian Terhadap Data Perdagangan Jepang
Di Asia, Jepang diperkirakan akan merilis data neraca perdagangan untuk bulan Oktober, yang dijadwalkan pada Rabu, 20 November. Perkiraan menunjukkan defisit perdagangan yang semakin membesar menjadi ¥360,4 miliar, naik dari defisit ¥294,3 miliar di bulan September. Ini menunjukkan tantangan yang dihadapi ekonomi Jepang di tengah ketidakpastian global.
Kebijakan Moneter Bank Indonesia
Dari domestik, pengguna pasar juga menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada Rabu, 20 November. Hasil dari RDG ini penting untuk mengetahui langkah dan kebijakan moneter BI terutama ditengah pelemahan nilai tukar rupiah yang telah terjadi.
Saham-Saham Rekomendasi
Dengan latar belakang tersebut, Phintraco telah mencatat beberapa saham sebagai top picks, yaitu:
Saham | Kode |
---|---|
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. | JPFA |
PT Timah Tbk. | TINS |
PT Adaro Energy Indonesia Tbk. | ADRO |
PT Malindo Feedmill Tbk. | MAIN |
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. | MTEL |
PT Indosat Tbk. | ISAT |
Saham-saham ini dipilih berdasarkan analisis fundamental dan teknikal serta potensi pertumbuhan jangka panjang yang menjanjikan.
Kesimpulan
Dari berbagai analisis yang ada, dapat disimpulkan bahwa IHSG berada dalam fase yang cukup menantang dengan resiko pelemahan yang semakin besar. Dalam situasi ini, penting bagi para investor untuk tetap waspada dan mengikuti perkembangan terkini agar dapat membuat keputusan investasi yang tepat. Memperhatikan sentimen pasar dan data-data penting yang akan datang dapat memberikan wawasan yang lebih baik dalam mengambil strategi investasi ke depan.