Jakarta, KONTAN.CO.ID - Kinerja PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pada tahun depan, berkat kebijakan baru pemerintah. Namun, tahun ini diharapkan TLKM masih akan menghadapi beberapa tantangan. Hal ini diungkapkan oleh Muhammad Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, yang menilai dengan skeptis potensi pertumbuhan laba emiten pelat merah ini hingga akhir tahun.
Dari analisis yang dilakukan, pada kuartal ketiga, TLKM memiliki peluang untuk mencatatkan pertumbuhan di sisi pendapatan. Namun, laba TLKM diproyeksikan akan menghadapi tekana, di mana biaya operasional perusahaan meningkat signifikan pada kuartal I dan II tahun ini.
“Ditambah dengan kerugian investasi dari GOTO, ini menjadi tantangan tambahan bagi TLKM, meskipun saat ini kerugian tersebut masih bersifat unrealized,” jelas Nafan kepada KONTAN, Kamis (17/10).
Pendapatan dan Laba TLKM di Kuartal Ketiga
Menurut Sukarno Alatas, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, proyeksi untuk kinerja TLKM pada akhir tahun menunjukkan pertumbuhan yang terbatas. Meskipun terdapat potensi pemulihan harga saham GOTO yang dapat memberi dampak positif, tantangan dari sisi pendapatan dan laba masih ada.
Berdasarkan kinerja pada semester pertama 2024, pertumbuhan pendapatan TLKM mencatatkan angka sekitar 2% year-on-year (YoY), sedangkan laba bersih mengalami penurunan sebesar -2,5% YoY. Meskipun terdapat peluang penguatan harga saham, situasi keuangan TLKM masih harus melewati banyak tantangan, khususnya di laba bersihnya.
Katalis Positif untuk Pertumbuhan TLKM
Satu faktor positif yang dapat mendongkrak kinerja TLKM adalah adanya tren penurunan suku bunga. Suku bunga yang lebih rendah berpotensi mengurangi beban pembiayaan untuk perusahaan, sehingga berpengaruh pada peningkatan margin keuntungan. Selain itu, aksi window dressing yang biasa terjadi di akhir tahun juga bisa menjadi peluang bagi penguatan harga saham TLKM, seperti yang diungkapkan oleh Sukarno.
Lebih jauh, kebijakan baru dari pemerintah, seperti pengurangan pungutan CPO dan program kesehatan yang diusung, diyakini bisa menjadi katalis bagi pemulihan TLKM. Niko Margonis dari Analis BRI Danareksa menyoroti bahwa Telkomsel berencana memanfaatkan kebijakan ini dengan menaikkan harga setelah pasar bebas dari hambatan paket perdana.
Strategi Telkomsel dalam Menghadapi Persaingan
Niko menambahkan bahwa Telkomsel sedang bekerja untuk mengonsolidasikan penawaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK), bertujuan agar pengguna dapat lebih mudah mengontrol dan menyelaraskan penggunaan dengan pembayaran melalui berbagai akses internet. Dengan penguasaan pangsa pasar yang dominan, TLKM memiliki potensi untuk merubah lanskap pasar saat ini.
Jika strategi ini berhasil dilaksanakan, maka diharapkan pada akhir 2024, ada dampak positif terhadap daya saing Telkomsel, terkhusus dalam meningkatkan average revenue per user (ARPU) dan average revenue per account (ARPA) pada tahun 2025 mendatang.
Penghematan dan Kesehatan Finansial yang Lebih Baik
Telkomsel juga tengah fokus untuk lebih efisien dalam pengeluaran modal dan meningkatkan kesehatan finansial mereka. Emiten ini berupaya menurunkan rasio belanja modal menjadi 17%-19% hingga tahun 2028, sejalan dengan penerapan program 5 Langkah Berani, yang bertujuan untuk meningkatkan Free Cash Flow (FCF) perusahaan.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan peningkatan dividen perusahaan dapat terealisasi pada tahun 2025-2026.
Proyeksi Pendapatan dan Laba TLKM
BRI Danareksa baru-baru ini memangkas proyeksi pertumbuhan pendapatan TLKM menjadi di bawah 2%, dari sebelumnya 2,7% secara year-on-year. Diperkirakan pendapatan TLKM akan mencapai Rp 152,2 triliun, sementara laba bersihnya diproyeksi mencapai Rp 23,3 triliun.
Margin EBITDA juga mengalami penurunan ekspektasi menjadi 50,6%, dari sebelumnya 51,7%. Penurunan ini diakibatkan oleh efisiensi dari sistem ERP yang diperkirakan baru akan terimplementasi penuh di tahun depan.
Valuasi Saham TLKM dan Rekomendasi
Dari segi valuasi saham, Sukarno menjelaskan bahwa harga TLKM saat ini tergolong undervalued karena berada di bawah rata-rata lima tahun. Rekomendasi untuk membeli saham TLKM dengan target harga Rp 3.400 per lembar semakin relevan.
Sementara itu, Niko dari BRI Danareksa mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga yang lebih optimis, yaitu Rp 4.250 per lembar. Ia yakin potensi peningkatan pertumbuhan laba akan mulai terlihat pada tahun 2024.
Di sisi lain, Nafan merekomendasikan untuk 'buy on weakness' dengan target harga Rp 3.700 per lembar.