PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA), emiten migas yang terafiliasi dengan Happy Hapsoro, kini tengah berfokus pada lelang proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Proyek ini diperkirakan memiliki kapasitas terpasang sekitar 200 megawatt (MW) dan dapat menjadi langkah signifikan dalam diversifikasi energi di Indonesia.
Rencana Strategis di Lahan PLTS
RAJA telah melakukan kajian untuk empat potensi lahan proyek PLTS yang tersebar di berbagai daerah, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Barat. Dari keempat lokasi ini, perseroan memutuskan untuk mengamankan dua lahan yang masing-masing diperkirakan memiliki kapasitas terpasang sekitar 90 MW hingga 100 MW.
Menurut Direktur RAJA, Sumantri Suwarno, tender PLTS dari PLN sempat mengalami penundaan karena menunggu jadwal yang ditetapkan PLN. Hal ini menunjukkan dinamika yang terjadi dalam sektor energi terbarukan di Indonesia.
Kerjasama dengan Mitra Strategis
Untuk mengikuti proses lelang yang akan dibuka oleh PLN, RAJA menggandeng mitra strategis yang berasal dari Timur Tengah. Langkah ini menunjukkan komitmen RAJA dalam berinvestasi di energi terbarukan sekaligus memperkuat jaringan kerjasama internasional di sektor energi.
“Proyek ini merupakan langkah serupa dengan tujuan PLN untuk meningkatkan kapasitas EBT di Indonesia,” tambah Sumantri.
Analisis Investasi Proyek PLTS
Dari sisi finansial, nilai investasi proyek PLTS saat ini diperkirakan berada di kisaran US$1,5 juta hingga US$2 juta per MW. Dengan asumsi kapasitas maksimum sebesar 100 MW, total investasi yang perlu dialokasikan untuk proyek ini bisa mencapai sekitar US$200 juta.
Meski demikian, Sumantri belum dapat merinci alokasi modal yang akan disiapkan RAJA untuk proyek PLTS. Hal ini disebabkan RAJA terikat dalam perjanjian kerahasiaan (non-disclosure agreement atau NDA) dengan mitra dari Timur Tengah.
“Ketika berbicara tentang investasi, hal itu akan sangat bergantung pada persentase keikutsertaan RAJA dalam proyek ini,” ungkapnya.
Kinerja Keuangan RAJA
RAJA sendiri mencatatkan pertumbuhan yang signifikan dalam pendapatan serta laba bersih pada semester I/2024. Pendapatan yang dibukukan mencapai US$123,51 juta, setara dengan Rp2,02 triliun (berdasarkan kurs Rp16.241 per dolar AS pada 30 Juni). Ini mencerminkan peningkatan 67,16% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sebagaimana diungkapkan oleh Direktur Utama RAJA, Djauhar Maulidi, pencapaian tersebut didorong oleh kenaikan penjualan gas, serta tarif transmisi dari jaringan pipa yang dimiliki perseroan di Perawang, Riau.
Pembangkit Energi Terbarukan di Indonesia
Pembangunan energi berbasis terbarukan menjadi salah satu fokus utama PLN, di mana per April 2024, PLN telah memproses sekitar 17,35 gigawatt (GW) pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT). Menurut Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, sekitar 1,1 GW dari total tersebut telah memasuki tahap commercial operation date (COD).
“PLN berusaha semaksimal mungkin untuk mempercepat pembangunan pembangkit berbasis EBT,” kata Darmawan dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI pada 30 Mei 2024.
Detail dari proyek energi baru terbarukan tersebut adalah sebagai berikut:
Kategori | Kapasitas (GW) | Status |
---|---|---|
Pendanaan | 5 | Proses |
Pengadaan | 7,8 | Proses |
Konstruksi | 3,46 | Dalam Proses |
Perencanaan | 3,6 | Dalam Proses |
Kesimpulan
Langkah RAJA untuk memasuki pasar PLTS dengan menjajaki tender proyek dari PLN menunjukkan komitmen yang kuat terhadap pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Dengan pertumbuhan pendapatan yang signifikan dan dukungan dari mitra strategis, RAJA berpotensi menjadi salah satu pemain utama dalam sektor energi terbarukan Tanah Air. Momentum ini diharapkan dapat memberikan dampak positif tidak hanya bagi perusahaan, tetapi juga bagi ketahanan energi nasional menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.