Kinerja emiten kawasan industri pada akhir tahun 2024 menghadapi serangkaian tantangan meskipun ada beberapa sentimen positif yang berpotensi mendukung. Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Oktober 2024. Keputusan ini diharapkan dapat memberikan stabilitas bagi sektor properti industri, terutama dalam hal pembiayaan dan investasi.
Dalam laporan terbaru, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi yang mencapai Rp 431,38 triliun pada kuartal III 2024. Dari total tersebut, penanaman modal asing (PMA) berkontribusi sebesar Rp 232,65 triliun, meningkat 18,55% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, menjadikannya penyumbang terbesar bagi realisasi investasi.
Industri Pengolahan Tunjukkan Peningkatan
Data dari BI menunjukkan bahwa industri pengolahan berada dalam fase ekspansi dengan Purchasing Manufacturing Index (PMI) yang tercatat di angka 51,54% pada kuartal III 2024. Namun, angka ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan kuartal II yang mencapai 51,97%, menunjukkan adanya penyesuaian yang mungkin terjadi akibat kondisi makroekonomi global.
Salah satu emiten yang menunjukkan kinerja positif adalah PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), dimana pendapatan prapenjualan lahan mengalami peningkatan signifikan sebesar 2,706% YoY menjadi 142 hektare atau setara dengan Rp 1,749 triliun. Kontrak baru anak usaha SSIA, PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), juga naik 49% YoY menjadi Rp 3,417 triliun.
Prospek Emiten Properti di Tengah Ketidakpastian
Menurut Hendra Wardana, Founder Stocknow.id, keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga di level 6% berpotensi memberikan efek stabil bagi sektor properti industri. Ini memberikan ruang yang lebih baik bagi perusahaan untuk mempertahankan struktur biaya dan menarik lebih banyak investor, terutama di tengah realisasi investasi yang terus meningkat.
Namun, perlu dicatat bahwa meskipun ada faktor-faktor positif, kinerja saham dari emiten properti industri masih mencerminkan volatilitas yang tinggi. Terdapat emiten seperti SSIA, PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS), dan PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) yang menunjukkan stabilitas harga saham meskipun kinerja fundamental mereka tidak selalu sejalan dengan ekspektasi pasar.
Kinerja Saham Emiten Emiten Properti
Emiten | Kenaikan Harga Saham (YTD) |
---|---|
SSIA | 183,41% |
KIJA | 37,31% |
DMAS | -0,61% |
Meskipun kinerja saham SSIA dan KIJA meningkat, laporan keuangan menunjukkan adanya penurunan laba KIJA sebesar 75,69% YoY pada semester pertama 2024. Di sisi lain, saham DMAS meskipun menurun, tetap fokus pada bisnis yang unik dengan keberadaan data center tier-IV yang menjadi keunggulan mereka di pasar.
Rekomendasi dan Sentimen Pasar
Berdasarkan analisis, Hendra merekomendasikan beli untuk DMAS dengan target harga di Rp 179 per saham mengingat prospek yang kuat dalam pengembangan kawasan industri, serta basis investor asing yang solid. Sementara itu, KIJA dan SSIA juga diberikan rekomendasi beli dengan target harga masing-masing Rp 200 dan Rp 1.330 per saham, berpotensi memberikan imbal hasil yang menarik.
Vicky Rosalinda dari Kiwoom Sekuritas menambahkan bahwa penahanan suku bunga dan realisasi investasi yang tinggi diperkirakan akan mendukung kinerja sektor properti industri hingga akhir tahun 2024. Beberapa sentimen positif seperti penurunan suku bunga, perkembangan teknologi yang mendorong permintaan, dan kerja sama dengan perusahaan besar juga berkontribusi pada hal ini.
Tantangan yang Masih Ada
Walaupun prospek terlihat cerah, tantangan dari perlambatan sektor manufaktur tetap menjadi perhatian. Melemahnya sektor ini dapat memberikan tekanan pada permintaan lahan industri baru. Namun, emiten seperti DMAS dan SSIA telah mengamankan kontrak besar yang bisa menjaga kinerja mereka stabil sampai akhir 2024.
Dengan kombinasi dari pertumbuhan yang berkelanjutan dan diversifikasi bisnis, emiten dapat beradaptasi dengan dinamika pasar yang berubah. Oleh karena itu, walau tantangan dihadapi, prospek keseluruhan sektor properti industri tetap positif di sisa tahun ini dan awal tahun depan.