Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Wacana Penghapusan Pajak Properti Dongkrak Saham Sektor Ini

Wacana Penghapusan Pajak Properti Dongkrak Saham Sektor Ini

by Gilang Permana at 14 Oct 2024 10:14

JAKARTA – Saham sektor properti di Bursa Efek Indonesia baru-baru ini meraih katalis positif setelah munculnya wacana mengenai penghapusan pajak properti sebesar 16%. Wacana ini diungkapkan oleh Hashim Djojohadikusumo, Ketua Satgas Perumahan, yang menyatakan bahwa pajak yang dihapus adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 11% dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) sebesar 5%. Dengan demikian, total pajak properti yang akan dihapus mencapai 16% dari total 21% yang dikenakan kepada sektor tersebut.

Menurut informasi yang beredar, penghapusan pajak ini diperkirakan akan diterapkan pada awal masa pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Hal ini tentu saja langsung berdampak positif terhadap indeks saham sektor properti. Pada akhir perdagangan Jumat, 11 Oktober 2024, terpantau bahwa indeks saham properti menguat sebesar 3,04% menuju level 816,90.

Peningkatan Saham Properti yang Signifikan

Beberapa saham yang mengalami peningkatan cukup signifikan antara lain:

Perusahaan Harga Saham (Rp) Perubahan (%)
PT Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI) 238 13,33%
PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) 1.275 7,59%
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) 1.450 4,32%

Analisis yang dilakukan oleh tim Bareksa menunjukkan bahwa wacana stimulus sektor properti masih bersifat sementara dan sangat bergantung pada persetujuan dari Kementerian Keuangan. Hal ini akan menjadi bagian dari program cepat dalam 100 hari pertama pemerintahan presiden terpilih.

Fokus pada Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Dari sisi kebijakan, pemerintah saat ini nampaknya lebih memfokuskan perhatian kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Dalam konteks ini, insentif akan lebih diprioritaskan kepada kelompok ini, sehingga dampak penghapusan pajak ini diperkirakan tidak merata di seluruh segmen pasar.

Tim analis Bareksa juga mencatat bahwa beberapa saham di sektor properti seperti BSDE, CTRA, SMRA, dan ASRI berada dalam kondisi netral terkait kabar penghapusan pajak ini. Mereka merekomendasikan kepada investor untuk mengambil sikap hati-hati dan menunggu perkembangan lebih lanjut.

Namun, di sisi lain, PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) tercatat memiliki segmen pasar rumah subsidi melalui proyek Citra Maja di Banten. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua emiten properti akan merasakan dampak positif dari wacana ini. Sementara itu, BBTN, sebagai emiten perbankan, berpotensi mendapatkan dampak positif dari stimulus yang diusulkan pemerintah.

Pengaruh Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

Kenaikan saham di sektor properti juga terlihat sejalan dengan penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang meningkat 0,54% menuju posisi 7.520,60 pada akhir pekan lalu. Hal ini menunjukkan bahwa sentimen pasar terhadap saham properti masih cukup tinggi, terlepas dari ketidakpastian yang ada.

Sukarno Alatas, Head Riset dari Kiwoom Sekuritas Indonesia, mengungkapkan bahwa penguatan IHSG dipengaruhi oleh teknikal rebound karena level indeks saat ini berada di area support. Menurutnya, kenaikan ini menjadi sinyal positif menjelang pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih. Dia juga menambahkan bahwa prospek indeks komposit tampak positif, terutama terkait dengan janji-janji kampanye Prabowo dan Gibran, termasuk rencana pembangunan 3 juta hunian serta wacana penghapusan pajak rumah sebesar 16%.

Kesimpulan

Dengan adanya wacana penghapusan pajak properti ini, sektor properti di Indonesia tampaknya akan terus mendapat dukungan positif dari investor. Namun, para pelaku pasar disarankan untuk tetap waspada dan memperhatikan bagaimana kebijakan ini akan diterapkan setelah pelantikan presiden dan wakil presiden baru. Pengaruhnya terhadap permintaan dan harga properti harus dicermati dengan baik sebelum mengambil keputusan investasi.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.