Harga minyak dunia mengalami penurunan yang signifikan pada Selasa (15/10), dengan catatan harga minyak mentah Brent turun lebih dari 4%, menyentuh level tertinggi terendah dalam hampir dua minggu. Penurunan ini tidak lepas dari melemahnya prospek permintaan global serta meredanya ketakutan akan gangguan pasokan akibat situasi geopolitik yang melibatkan Israel dan Iran.
Detail Penurunan Harga Minyak
Melansir dari laporan Reuters, harga minyak mentah Brent terjun sebesar US$3,51 atau 4,5%, menjadikannya berada di level US$73,95 per barel pada pukul 09:11 GMT. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami penurunan yang sebanding, dengan turun sebesar US$3,48 atau 4,7%, sehingga harga WTI berada di angka US$70,35 per barel. Pada hari sebelumnya, kedua patokan harga minyak tersebut telah ditutup di bawah level 2% dan mencatat total penurunan hampir US$5 selama minggu ini, menghilangkan hampir seluruh keuntungan yang didapat setelah kekhawatiran investor tentang kemungkinan serangan Israel terhadap fasilitas minyak Iran.
Faktor Penyebab Penurunan
Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan harga minyak ini adalah laporan yang menyebutkan bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kepada Amerika Serikat (AS) menjelaskan bahwa Israel berfokus pada serangan terhadap target militer Iran dan tidak akan menyerang fasilitas nuklir atau minyak. Hal ini berhasil meredakan kekhawatiran pasar tentang potensi gangguan pasokan minyak dari Iran jika terjadi serangan.
Situasi Geopolitik dan Dampaknya
Di sisi lain, Israel terus melakukan serangan terhadap militan Hezbollah di Lebanon yang menyebabkan lebih dari 21 orang tewas. Priyanka Sachdeva, analis pasar senior di Phillip Nova, berpendapat bahwa melemahnya permintaan telah mendorong pedagang untuk menarik 'war premium' dari harga minyak.
Namun, meskipun harga minyak baru-baru ini tertekan, Sachdeva menyatakan bahwa faktor-faktor geopolitik tetap mempengaruhi harga minyak di level saat ini. "Tanpa faktor-faktor tersebut, harga minyak mungkin sudah lebih rendah dari ini, bahkan bisa berada di bawah US$70 per barel mengingat situasi permintaan yang sedang melemah saat ini," ujarnya.
Proyeksi Permintaan Global
Riset terbaru dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA) pada pekan ini menunjukkan bahwa proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global untuk tahun 2024 mengalami penurunan. China menjadi salah satu penyumbang utama dalam penurunan ini, menunjukkan bahwa permintaan minyak global tidak semulus yang diharapkan.
Data bea cukai China menunjukkan penurunan terhadap impor minyak pada bulan September dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut diperkirakan tidak akan memenuhi target yang ditetapkan Beijing untuk tahun 2024, menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters.
Mengapa Hal Ini Penting?
Penting untuk mencermati bagaimana situasi ini bisa mempengaruhi pasar minyak dan ekonomi global secara keseluruhan. Penurunan harga minyak dapat menjadi indikator bagi pasar bahwa permintaan global tidak sekuat yang diperkirakan. Hal ini bisa memicu dampak langsung pada negara-negara penghasil minyak, yang bergantung pada pemasukan dari ekspor minyak. Jika harga terus jatuh, ini bisa memengaruhi anggaran negara-negara yang bergantung pada pendapatan migas, termasuk di kawasan Timur Tengah.
Kesimpulan
Pada akhirnya, penurunan harga minyak dunia yang menyentuh level terendah dalam hampir dua minggu ini merefleksikan dinamika permintaan global yang melemah di tengah situasi geopolitik yang rumit. Pasar harus terus memantau perkembangan ini, terutama terkait dengan kebijakan OPEC dan IEA di masa yang akan datang.