Bisnis di Indonesia terus berkembang, dengan harapan bahwa BUMN (Badan Usaha Milik Negara) akan menjadi bagian penting dari ekosistem pasar modal. Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman baru-baru ini mengungkapkan harapannya bahwa beberapa entitas anak BUMN seperti PT Pertamina Hulu Energi, subholding pertambangan MIND ID, dan PalmCo akan melaksanakan penawaran umum perdana saham (IPO) pada tahun 2025. Pernyataan ini menciptakan harapan bagi banyak investor dan pelaku pasar yang ingin melihat diversifikasi lebih besar di Bursa Indonesia.
Perkembangan IPO di BUMN
Iman Rachman mencatat bahwa hingga saat ini, tidak ada perusahaan pelat merah yang berada dalam antrean untuk IPO sepanjang 2024. Hal ini menciptakan kekhawatiran di kalangan investor tentang pasar modal Indonesia yang dapat stagnan tanpa adanya penambahan emiten baru, utamanya dari sektor BUMN yang memiliki valuasi besar. "Kami berharap pada 2025, anak perusahaan Pertamina, Inalum [subholding MIND ID], dan PTPN mungkin bisa tercatat di Bursa karena kalau dilihat market cap kita didorong oleh perusahaan-perusahaan besar yang likuid," ungkap Iman.
Dengan 14 BUMN yang terdaftar di Bursa dan 23 emiten yang merupakan entitas anak pelat merah, posisi Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia, yang memiliki 28 perusahaan pelat merah di pasar saham. Ini menunjukkan potensi besar yang belum dimanfaatkan oleh sektor BUMN dalam menarik investor ke pasar modal.
Harapan untuk Kementerian BUMN
Menurut Iman, spektrum BUMN harus digalakkan lebih lanjut oleh Kementerian BUMN, baik untuk meningkatkan kinerja emiten yang sudah ada maupun untuk mendorong perusahaan pelat merah baru agar melantai. "Kita harap bahwa siapa pun menteri baru BUMN bisa menindaklanjuti program-program BUMN tersebut dan berkelanjutan," ujarnya.
Peluang IPO yang Signifikan
Toto Pranoto, Associate Director BUMN Research Group dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), menjelaskan bahwa IPO BUMN akan memberikan harapan baru bagi investor dengan meningkatkan likuiditas di pasar modal. "Calon emiten pelat merah yang ditunggu tentu adalah yang bisa memberikan efek signifikan, paling tidak setara dengan saham yang masuk LQ45," tegasnya.
Salah satu anak usaha BUMN yang dianggap memiliki potensi besar untuk melakukan IPO adalah PT Pupuk Kaltim. Mengingat bahwa perusahaan ini merupakan salah satu produsen pupuk terintegrasi terbesar di Asia Tenggara dengan performa keuangan yang solid dan rencana ekspansi yang menjanjikan, mereka akan menjadi fokus perhatian di kalangan investor.
Strategi IPO dalam Pemerintahan Baru
Bagi pemerintahan baru yang di bawah Prabowo-Gibran, sangat penting untuk memberikan perhatian pada IPO sebagai salah satu prioritas kebijakan. Dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang stabil dan situasi keuangan global yang membaik, momentum pasar dapat dimanfaatkan untuk mendorong lebih banyak IPO dari BUMN dan anak usahanya.
Herry Gunawan, seorang pengamat BUMN dari Datanesia Institute, menatakan bahwa peluang IPO yang dimiliki perusahaan negara sangat luas. Banyak entitas anak BUMN telah menunjukkan pencapaian kinerja yang mengesankan, dan justru membentuk harapan bagi investor.
Tantangan Menuju IPO
Meskipun peluang ada, Herry menekankan perlunya komitmen yang besar dari induk perusahaan negara untuk mempersiapkan anak usahanya agar dapat melantai di BEI. Dengan adanya pembentukan holding, proses IPO untuk perusahaan-perusahaan anak BUMN menjadi lebih kompleks. Herry mengungkapkan, "Dengan pembentukan holding, hanya perusahaan holding yang berstatus BUMN dan entitas di bawahnya tidak. Untuk itu, peluang IPO menjadi lebih besar, tetapi holding harus legawa karena aspek transparansi akan makin ketat."
Kesimpulan
Secara keseluruhan, upaya untuk mendorong lebih banyak IPO dari entitas anak BUMN menjadi salah satu faktor kunci untuk meningkatkan likuiditas dan daya tarik pasar modal Indonesia. Tahun 2025 diperkirakan akan menjadi tahun penting bagi perusahaan-perusahaan pelat merah yang ingin melantai di Bursa Efek Indonesia, memberikan harapan dan peluang baru bagi investor yang sedang mencari alternatif menarik.