Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

BRICS Tanggapi Ancaman Tarif 100% dari Trump dengan Tegas

BRICS Tanggapi Ancaman Tarif 100% dari Trump dengan Tegas

by Hendra Wijaya at 04 Dec 2024 05:00

Pemerintah China segera menanggapi ancaman terbaru dari Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, yang menyatakan akan menerapkan tarif 100 persen terhadap negara-negara BRICS jika mereka tidak menghentikan rencana menggunakan mata uang alternatif selain Dolar AS. Dalam konferensi pers yang diadakan di Beijing, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, mengungkapkan bahwa tujuan BRICS adalah untuk mendorong keterbukaan, inklusivitas, dan kerja sama yang saling menguntungkan di antara negara-negara berkembang.

Pernyataan Trump yang Provokatif

Di platform media sosialnya, Truth Social, Trump menyatakan bahwa gagasan negara-negara BRICS berusaha menjauh dari Dolar AS sudah saatnya untuk ditanggapi serius. Ia menegaskan perlunya komitmen dari negara-negara BRICS untuk tidak menciptakan mata uang baru atau mendukung alternatif lain untuk menggeser dominasi Dolar AS dalam perdagangan internasional. "Kita memerlukan komitmen dari negara-negara ini bahwa mereka tidak akan menciptakan mata uang BRICS yang baru," ungkapnya.

Benturan Ekonomi Global

Trump menambahkan bahwa jika rencana tersebut tetap dilanjutkan, negara-negara BRICS akan dihadapkan pada konsekuensi yang serius, termasuk penurunan akses ke pasar Amerika Serikat. "Mereka harus mengucapkan selamat tinggal pada penghasilan dari penjualan produk mereka ke wilayah perekonomian AS yang luar biasa," tegasnya. Pernyataan tersebut mencerminkan ketegangan yang meningkat dalam hubungan dagang antara AS dengan sejumlah negara besar yang tergabung dalam BRICS.

BRICS: Kerja Sama untuk Pertumbuhan Bersama

Lin Jian berupaya menegaskan kembali tujuan utama BRICS yaitu menciptakan pembangunan dan kemakmuran bersama diantara anggotanya. Ia menandaskan kesiapan China untuk terus berkolaborasi dengan mitra BRICS dalam meningkatkan kerja sama di berbagai sektor, serta berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dunia secara berkelanjutan. "Tujuan BRICS adalah mendorong kerja sama yang saling menguntungkan, bukan konfrontasi blok," lanjut Lin.

Sejarah dan Perkembangan BRICS

BRICS, yang didirikan pada tahun 2009, terdiri dari Brasil, Rusia, India, dan China; dengan Afrika Selatan bergabung pada tahun 2011. Dalam perkembangan terbaru, blok ini telah meluaskan keanggotaannya untuk memasukkan Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab. Meski terdapat pergeseran dalam keanggotaan, nama BRICS tetap digunakan untuk mencerminkan identitas kelompok ini.

Langkah Menuju Kemandirian Ekonomi

Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara BRICS telah meningkatkan usaha untuk mengurangi ketergantungan mereka pada Dolar AS. Dengan mempertimbangkan penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan, tujuan mereka adalah untuk memecah hegemoni yang sudah ada dalam perdagangan internasional. Saat ini, populasi gabungan dari negara-negara BRICS mencapai 43 persen dari populasi dunia dan menyumbang sekitar 16 persen dari total perdagangan global. BRICS juga menguasai seperempat dari ekonomi dunia.

Reaksi Negara Anggota BRICS

Keputusan Trump telah memicu reaksi beragam dari anggota BRICS. Masing-masing negara terlihat mengambil langkah strategis untuk memperkuat posisi mereka di pasar global tanpa tergantung pada Dolar AS. Langkah ini merupakan respons terhadap kondisi ekonomi yang semakin tidak menentu di kancah internasional. Indonesia, salah satu negara yang telah menyatakan keinginan untuk bergabung dengan BRICS, kemungkinan besar akan mempertimbangkan dampak dari langkah-langkah tersebut dalam perekonomiannya.

Kesimpulan

Dalam konteks global yang terus berubah, pernyataan Trump jelas menunjukkan ketegangan yang dapat memengaruhi hubungan dagang global. Meskipun tantangan ini ada, BRICS berkomitmen untuk melanjutkan jalur kerjasama dan menciptakan ruang bagi pertumbuhan yang berkelanjutan. Hasilnya, kekuatan untuk menggunakan mata uang lokal dalam perdagangan dapat menjadi langkah signifikan dalam memperkuat posisi negara-negara tersebut di kancah internasional.