Dampak Konflik Hamas terhadap Ekonomi Israel: Tantangan dan Peluang di Tengah Ketegangan
Hampir satu tahun setelah serangan Hamas ke Israel, negara tersebut berupaya mempertahankan ekonomi sambil tetap melancarkan serangan di tengah ketegangan geopolitik. Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, mengatakan bahwa ekonomi negara menanggung beban perang terpanjang dan termahal dalam sejarah. Meski ekonominya tertekan, ia tetap optimistis dengan ketahanan ekonomi Israel yang menarik investasi meskipun dalam kondisi konflik.
Serangan dan Dampaknya
Israel telah melancarkan berbagai serangan seperti serangan darat terhadap Hizbullah di Lebanon, serangan udara di Gaza dan Beirut, serta mengancam akan membalas serangan rudal balistik Iran. Meluasnya konflik ke wilayah yang lebih luas diproyeksikan akan meningkatkan biaya perang, berdampak pada aktivitas dan pertumbuhan ekonomi di Israel dan negara-negara lain di Timur Tengah.
Proyeksi Ekonomi
Perkiraan biaya perang mencapai 250 miliar shekel hingga tahun depan, sekitar 12% dari PDB Israel. Bank sentral memperkirakan pertumbuhan ekonomi lebih lemah dari perkiraan sebelumnya. Meski demikian, bank sentral tidak dapat memangkas suku bunga karena inflasi meningkat akibat kenaikan upah dan belanja pemerintah untuk perang.
Tantangan dan Dampak Jangka Panjang
Potensi kenaikan pajak dan pemotongan belanja nonpertahanan untuk mendanai militer dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Kerusakan jangka panjang atas keamanan dan konflik dapat merugikan ekonomi Israel. Ketidakpastian menyebabkan penurunan investasi dan penutupan ribuan perusahaan, sebagian besar perusahaan kecil hingga lima karyawan.
Kesimpulan
Dampak konflik Hamas terhadap ekonomi Israel menciptakan tantangan serius. Meskipun optimisme terlihat dalam ketahanan ekonomi negara, risiko jangka panjang dan biaya perang yang terus meningkat menimbulkan ketidakpastian. Perubahan kebijakan ekonomi dan keamanan menjadi penting untuk memitigasi dampak negatif yang mungkin terjadi.