Gelontoran stimulus fiskal dari pemerintah China diharapkan akan membawa dampak signifikan bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Dalam beberapa minggu terakhir, keputusan pemerintah China untuk mengeluarkan beberapa program stimulus besar-besaran telah menarik perhatian investor global, dan Indonesia tidak terkecuali. Stimulus ini bersifat multifaset, mencakup pertukaran utang, dukungan untuk pasar properti, serta penggunaan obligasi pemerintah daerah secara inovatif.
Rincian Stimulus Fiskal oleh Pemerintah China
Pemerintah China berencana untuk melaksanakan program pertukaran utang skala besar guna menyelesaikan masalah utang yang menggelayuti perekonomian mereka. Selain itu, menggunakan obligasi pemerintah daerah sebagai instrumen untuk mendukung pasar properti dan rekapitalisasi bank besar milik negara menjadi bagian penting dari strategi ini. Langkah lainnya adalah memberikan izin kepada pemerintah daerah untuk menggunakan obligasi khusus dalam pembelian tanah yang tidak terpakai, hal ini diharapkan dapat merangsang aktivitas ekonomi melalui investasi infrastruktur.
Perbandingan IHSG dengan Indeks Regional
Berdasarkan data terbaru dari Bursa Efek Indonesia (BEI), per 11 Oktober, IHSG tercatat menguat sebesar 2,41% secara year to date (ytd). Namun, peningkatan tersebut masih kurang menggembirakan jika dibandingkan dengan indeks-indeks di kawasan Asia Tenggara, menjadikan IHSG sebagai indeks terburuk di kawasan tersebut. Bahkan di Asia Pasifik, IHSG hanya lebih unggul sedikit dari KOSPI asal Korea Selatan yang alami penurunan 2,20%.
Indeks | Pembahasan |
---|---|
IHSG | 2,41% (ytd) |
KOSPI | -2,20% |
TSE Weighted Index (Taiwan) | 27,77% (ytd) - Imbal hasil tertinggi |
Valuasi Saham: Menarik bagi Investor?
Menurut Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, ketidakstabilan dalam valuasi saham yang terjadi di pasar China justru membuatnya lebih atraktif dibandingkan dengan pasar saham di Indonesia yang saat ini telah mengalami kenaikan cukup tinggi. Dengan valuaasi lebih murah di bursa saham China, tidak mengherankan jika banyak investor yang beralih untuk berinvestasi di sana, mengingat belum ada sentimen positif yang mendampingi di pasar domestik.
Proyeksi Pergerakan IHSG ke Depan
Mencermati proyeksi yang diarahkan oleh para analis, Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, M. Faiz Abrar, menyampaikan bahwa IHSG diperkirakan masih bisa bergerak positif hingga akhir tahun 2024. Dia menilai jika IHSG dapat membentuk pola higher low dalam pergerakannya, indeks ini berpotensi untuk mencapai level 7.800 di penutup tahun ini.
Selain itu, dalam sisa tahun 2023, Faiz memperkirakan beberapa sektor seperti kesehatan, utilitas, dan consumer staples akan menjadi pendorong utama untuk penguatan IHSG. Sektor industri dan real estate juga diperkirakan menyusul dengan pertumbuhan yang baik.
Sektor yang Diprediksi Outperform
Cheril Tanuwijaya, Head of Research Mega Capital Sekuritas, menambahkan bahwa meski ada tekanan dari stimulus pemerintah China, sektor-sektor seperti perbankan, properti, dan energi dipercaya masih akan mendukung pergerakan IHSG di penghujung tahun. Hal ini menunjukkan potensi bagi investor untuk menargetkan saham-saham di sektor-sektor tersebut dalam strategi investasinya.
Dalam konteks ini, pelaksaaan window dressing di akhir tahun juga dipandang bisa menjadi salah satu sentimen pendorong bagi IHSG untuk menguat, di samping harapan terhadap stimulus yang dikeluarkan oleh pemerintahan baru yang akan datang. Pasar juga memantau langkah-langkah kebijakan yang akan diambil untuk memacu konsumsi domestik demi meningkatkan daya tarik investasi.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, dampak dari stimulus yang diberikan oleh pemerintah China terhadap pergerakan IHSG patut diperhatikan. Meski saat ini IHSG belum menunjukkan performa terbaiknya dibandingkan dengan indeks regional lainnya, ada peluang bagi pergerakan indeks ini untuk kembali menguat dengan dukungan dari sektor-sektor yang tepat dan kebijakan investor yang bijaksana. Ke depan, pelaku pasar harus tetap waspada terhadap indikasi perubahan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.