Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Data Inflasi dan Pengangguran Dorong Koreksi Bursa AS

Data Inflasi dan Pengangguran Dorong Koreksi Bursa AS

by Fitri Wulandari at 11 Oct 2024 05:28

Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York, ditutup melemah pada akhir perdagangan Kamis (10/10/2024). Penurunan ini dipicu oleh meningkatnya inflasi dan klaim pengangguran yang lebih tinggi dari perkiraan, yang menjadi fokus perhatian bagi para investor dalam menilai kesehatan ekonomi AS dan arah suku bunga di masa mendatang.

Indeks Wall Street Tertekan

Menurut laporan dari Reuters yang dirilis Jumat (11/10/2024), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 0,14% atau 57,88 poin ke level 42.454,12. Sementara itu, indeks S&P 500 juga tercatat merosot 0,21% atau 11,99 poin menjadi 5.780,05, dan Nasdaq menghapus 0,05% atau 9,57 poin, berakhir di 18.282,05. Sebelumnya, baik S&P 500 maupun Dow Jones sempat mencatat rekor penutupan tertinggi pada sesi hari sebelumnya, namun data ekonomi terbaru mengubah arah tersebut.

Inflasi Melonjak di Tengah Data Ketenagakerjaan

Indeks Harga Konsumen (CPI) yang diawasi ketat oleh investor, mengalami kenaikan sebesar 0,2% secara bulanan untuk bulan September dan 2,4% secara tahunan. Kedua angka tersebut sedikit lebih tinggi dari perkiraan para ekonom yang disurvei oleh Reuters. Sementara itu, angka inti, yang tidak termasuk harga pangan dan energi yang cenderung fluktuatif, menunjukkan kenaikan 3,3% tahun-ke-tahun, melampaui estimasi yang berada di angka 3,2%.

Namun, dalam laporan terpisah yang juga diumumkan pada hari yang sama, klaim pengangguran naik menjadi 258.000 untuk pekan yang berakhir 5 Oktober, melampaui proyeksi yang hanya 230.000. Jack Ablin, kepala investasi di Cresset Capital, menjelaskan, "Investor terpecah antara laporan CPI yang menunjukkan inflasi yang lebih tinggi dan laporan klaim pengangguran yang memperlihatkan kelemahan perekonomian. Ini merupakan kondisi yang tidak ideal untuk pasar saat ini."

Prediksi Suku Bunga oleh Federal Reserve

Setelah dirilisnya data ekonomi, para trader memperkirakan sekitar 80% kemungkinan bahwa Federal Reserve akan melakukan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan mendatang di bulan November. Sebaliknya, ada sekitar 20% kemungkinan bank sentral tersebut akan mempertahankan suku bunga tetap. Pendapat tersebut diperkuat oleh pernyataan Presiden Federal Reserve Bank Atlanta, Raphael Bostic, yang mengatakan bahwa dia "sangat nyaman" untuk melewatkan penurunan suku bunga pada pertemuan yang akan datang. "Ketidakstabilan dalam data inflasi dan ketenagakerjaan baru-baru ini bisa jadi memerlukan penahanan suku bunga agar tetap stabil," tambahnya.

Sementara itu, Presiden Fed Chicago, Austan Goolsbee, melihat adanya kemungkinan penurunan suku bunga secara "bertahap" dalam satu setengah tahun ke depan. John Williams dari Fed New York juga mencatat potensi penurunan suku bunga yang ada di depan, menciptakan harapan dari para pelaku pasar akan adanya stimulus yang lebih lanjut.

Pergerakan Sektor di Pasar Saham

Pada perdagangan hari Kamis, hanya tiga dari 11 sektor industri utama S&P 500 yang berhasil menguat. Sektor energi (.SPNY) mencatatkan peningkatan sebesar 0,8% dan menjadi yang terbaik di antara sektor lainnya, didorong oleh kenaikan harga minyak. Penguatan harga minyak ini terjadi lantaran lonjakan penggunaan bahan bakar di AS menjelang Badai Milton yang baru saja melanda pantai barat Florida. Selain itu, adanya kekhawatiran terkait pasokan yang dipicu oleh konflik di Timur Tengah juga turut mendukung kenaikan harga minyak.

Investor saat ini juga mempersiapkan musim laporan laba kuartal ketiga, dengan sejumlah bank besar dijadwalkan untuk melaporkan hasil kinerja mereka pada hari Jumat. Menurut perkiraan yang dikumpulkan oleh LSEG, tingkat pertumbuhan pendapatan kuartal ketiga untuk S&P 500 diperkirakan mencapai 5% dibandingkan tahun sebelumnya.

Kinerja Saham Individu

Dari sisi saham individu, Delta Air Lines (DAL.N) mengalami penurunan 1% setelah memperkirakan pendapatan kuartal di bawah ekspektasi, mencerminkan penurunan minat belanja perjalanan. Maskapai lainnya, American Airlines (AAL.O) juga ikut merosot dengan penutupan di angka 1,4%.

Di sisi lain, saham Pfizer (PFE.N) mengalami penurunan sebesar 2,8% setelah mantan eksekutif menjauh dari kampanye aktivis investor Starboard yang menargetkan perusahaan farmasi tersebut. Hal ini menciptakan kekhawatiran di kalangan investor mengenai stabilitas perusahaan dan strategi investasi ke depan.

Statistik Pasar Saham

Selama perdagangan hari Kamis, total volume saham yang berpindah tangan mencapai 11,02 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pergerakan 12,06 miliar dalam 20 sesi terakhir. Di bursa saham AS, jumlah saham-saham yang mengalami penurunan lebih tinggi dibandingkan yang menguat, dengan rasio 1,39 banding 1 di NYSE, di mana terdapat 185 harga tertinggi baru dan 55 harga terendah baru. Di Nasdaq, 1.616 saham mengalami kenaikan sementara 2.576 saham merosot, menunjukkan bahwa tren penurunan lebih dominan dengan rasio 1,59 banding 1.

S&P 500 mencatat 22 harga tertinggi baru dalam rentang waktu 52 minggu, sementara di Nasdaq Composite tercatat 60 harga tertinggi baru dan 163 harga terendah baru. Pandangan ini menunjukkan betapa volatile dan dinamisnya pergerakan pasar saat ini.