Jakarta – Harga komoditas utama seperti minyak dan emas mengalami penurunan yang signifikan akibat meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan ketidakpastian yang ditimbulkan oleh paket stimulus dari China yang belum mampu mengangkat kepercayaan investor. Hal ini menjadi perhatian utama bagi pelaku pasar yang berfokus pada tren harga energi dan logam mulia di pasar global.
Penurunan Harga Minyak Global
Berdasarkan laporan Reuters pada Selasa (15/10/2024), harga minyak mentah berjangka jenis Brent tercatat turun sebesar 2% atau setara US$1,58, kini diperdagangkan pada level US$77,46 per barel. Selain itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami penurunan yang lebih dalam, yakni 2,29% atau US$1,73, menjadi US$73,83 per barel.
Penurunan signifikan ini terjadi setelah adanya laporan bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan kepada Amerika Serikat bahwa Israel bersedia menyerang sasaran militer di Iran, bukan ditujukan pada sasaran nuklir atau infrastruktur minyak. Tindakan ini memicu kekhawatiran di pasar mengenai kemungkinan gangguan pasokan energi lebih lanjut akibat konflik yang berkepanjangan.
OPEC dan Proyeksi Permintaan Minyak
Pada hari Senin (14/10/2024), OPEC merilis laporan yang memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global untuk tahun 2024 dan 2025. Ini menjadi revisi ketiga berturut-turut yang dilakukan OPEC. Penurunan tersebut sebagian besar dipicu oleh penurunan permintaan dari China, pemegang status sebagai importir minyak mentah terbesar di dunia. OPEC memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak dari China menjadi 580.000 barel per hari (bpd), lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang mencapai 650.000 bpd.
Data menunjukkan bahwa impor minyak mentah China untuk sembilan bulan pertama tahun ini mengalami penurunan dua digit, mencatat sekitar 10,99 juta barel per hari, turun hampir 3% dibandingkan tahun lalu. Berbagai faktor menjadi penghambat utama, termasuk pergeseran menuju penggunaan kendaraan listrik (EV) dan laju pemulihan ekonomi yang melambat pasca-pandemi COVID-19.
Dampak Ketidakpastian Ekonomi China
Pembacaan tekanan deflasi yang lebih buruk di China pada bulan September juga memberikan dampak negatif bagi pasar komoditas minyak. Tidak adanya langkah-langkah konkret dari pihak pemerintah China untuk memperbaiki situasi ekonomi memperkuat ketidakpastian di kalangan pelaku pasar. Mukesh Sahdev, Global Head of Commodity Markets-Oil di Rystad Energy, menyatakan bahwa kurangnya kejelasan mengenai waktu dan langkah-langkah yang diambil hanya meningkatkan ketidakpastian di pasar.
Reaksi Pasar Terhadap Ketegangan Geopolitik
Meski ada kekhawatiran akan gangguan produksi akibat ketegangan antara Israel dan Iran, berita tentang peningkatan penguatan militer AS di Israel tampaknya telah meredakan sedikit ketegangan. AS mengumumkan pengiriman pasukan dan sistem pertahanan rudal canggih ke Israel. Hal ini dinilai dapat menyeimbangkan respons antara kedua negara, meskipun kekhawatiran tetap ada terkait potensi eskalasi lebih lanjut di kawasan tersebut.
“Perdagangan yang gelisah akan tetap ada karena sebagian besar manajer dana masih menunggu perkembangan lebih lanjut,” ujar Dennis Kissler, VP Senior Trading di BOK Financial.
Harga Emas di Pasar Global
Sementara itu, harga emas juga mengalami penurunan, dengan harga emas di pasar spot terpantau turun 0,2% menjadi US$2.649,98 per troy ounce setelah mencapai level tertinggi dalam lebih dari seminggu di awal sesi perdagangan. Harga emas berjangka di AS juga berbeda tipis, turun 0,4% ke level US$2.665,60 per troy ounce.
Phillip Streible, Chief Market Strategist di Blue Line Futures, mencatat adanya banyak faktor yang menghambat pergerakan harga emas yang tinggi, di antaranya adalah stimulus dari China yang kurang menarik, penguatan dolar AS, serta aksi ambil untung oleh investor. Kenaikan harga emas yang terbilang signifikan beberapa bulan terakhir telah mengurangi minat beli terhadap logam mulia ini di pasar.
Peran Data Ekonomi China
Zain Vawda, Market Analyst di MarketPulse by OANDA, mengungkapkan bahwa meskipun data ekonomi dari China menunjukkan kelemahan yang dapat mengurangi permintaan terhadap emas, risiko perlambatan ekonomi juga dapat meningkatkan ketertarikan investor terhadap emas sebagai aset safe haven. Namun, secara umum, faktor pendorong harga emas masih lebih mendominasi dibandingkan faktor penghambatnya.
Investor pasar akan terus memperhatikan rilis komentar dari para pejabat Federal Reserve (Fed) di Amerika Serikat minggu ini, yang dapat memberikan petunjuk mengenai kemungkinan penurunan suku bunga mendatang. Pedagang global memperkirakan sekitar 82% peluang bagi Fed untuk memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan bulan November mendatang. Penurunan suku bunga berpotensi mengurangi biaya peluang memegang emas batangan.
Penutup
Di tengah ketegangan geopolitik yang meningkat dan tantangan ekonomi global, pelaku pasar akan terus memantau perkembangan yang memengaruhi harga komoditas utama. Arsip data pasar dan rilis berita akan menjadi kunci bagi investor untuk membuat keputusan yang menguntungkan.