Jika ada satu hal yang menjadi perhatian utama para ekonom dan pengamat pasar saat ini, itu adalah inflasi. Di tengah dinamika perekonomian yang terus berubah, inflasi telah menjadi isu sentral yang perlu diatasi dengan langkah-langkah strategis. Ekonom Bhima Yudhistira mencatat pentingnya memberikan suntikan stimulus untuk menjaga agar inflasi tetap dalam batas yang aman bagi konsumsi masyarakat.
Inflasi Tercatat Melandai
Berdasarkan laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indonesia tercatat sebesar 1,55 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada November 2024. Angka ini mengalami penurunan dari capaian bulan sebelumnya, yaitu sebesar 1,71 persen yoy pada Oktober. Meskipun angka ini terbilang kecil, Bhima menyatakan bahwa perlu ada evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan-kebijakan yang diterapkan pemerintah.
Permintaan Konsumsi Masih Melambat
Bhima menekankan bahwa inflasi yang rendah menunjukkan bahwa permintaan konsumsi rumah tangga masih belum pulih sepenuhnya. Mengingat November adalah bulan menjelang akhir tahun, sering kali terjadi peningkatan harga akibat momen-momen seperti Natal dan Tahun Baru. Namun, dia mencatat bahwa subsektor transportasi, yang umumnya akan mengalami lonjakan harga, justru hanya mencatat inflasi sebesar 0,03 persen yoy. Ia menilai, ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat masih tertekan.
Pentingnya Kebijakan Fiskal yang Bijak
Dalam pandangannya, langkah-langkah kebijakan fiskal yang tidak tepat bisa menyebabkan inflasi justru meningkat di masa mendatang. Pemerintah dinilai perlu mempertimbangkan kembali kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen dan kenaikan iuran BPJS Kesehatan yang direncanakan untuk kelas menengah dan bawah pada tahun 2025. Bhima khawatir kebijakan-kebijakan ini dapat menambah beban masyarakat yang sudah tertekan oleh daya beli yang tidak optimal.
Prediksi Pertumbuhan Ekonomi
Dengan kondisi inflasi yang masih rendah ini, tantangan yang dihadapi ekonomi Indonesia cukup besar. Target pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen pada kuartal IV 2024 diprediksi akan sulit dicapai jika inflasi yang rendah ini tidak segera diatasi. Bhima mengingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang lambat dapat menyebabkan dampak negatif di berbagai sektor, termasuk lapangan pekerjaan dan investasi.
Inflasi Bulanan Meningkat
Walaupun inflasi tahunan mengalami penurunan, inflasi bulanan justru mencatat peningkatan, yakni sebesar 0,30 persen (month-to-month/mtm) dari sebelumnya yang hanya 0,08 persen mtm pada bulan Oktober. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun secara tahunan inflasi tampak baik, masih ada tekanan yang terjadi dari bulan ke bulan.
Catatan Akhir: Menjaga Stabilitas Ekonomi
Berdasarkan informasi terkini, inflasi tahun kalender tercatat sebesar 1,12 persen (year-to-date/ytd). Di tengah tuntutan untuk menjaga stabilitas ekonomi, pemerintah diharapkan lebih waspada terhadap kebijakan yang diambil. Suatu tindakan yang bijak saat ini adalah dengan melakukan evaluasi dan penyesuaian yang tepat terhadap kebijakan ekonomi, untuk menghindari lonjakan harga yang tidak diinginkan di masa depan.
Inflasi yang rendah memang bisa memberikan kepastian bagi konsumen dalam belanja sehari-hari, tetapi tanpa dukungan daya beli yang kuat, ekonomi dapat terjebak dalam pertumbuhan yang stagnan. Oleh karena itu, ke depannya, kerjasama antara pemerintah, pelaku ekonomi, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menuntaskan tantangan ekonomi yang ada.