Pada Jumat (11/10), harga minyak terpantau melemah, sejalan dengan harapan yang muncul akan dihentikannya rencana serangan Israel terhadap fasilitas minyak Iran. Dalam laporannya, harga minyak WTI tercatat di level US$ 75,74 per barel pada pukul 11.40 WIB, menunjukkan penurunan sebesar 0,15% dalam 24 jam terakhir.
Menanggapi situasi ini, Yoga Girta dari Research and Development ICDX menjelaskan bahwa negara-negara Teluk, termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar, berupaya melobi Amerika Serikat (AS) untuk menghentikan rencana Israel. Mereka mengkhawatirkan bahwa kenaikan ketegangan dapat berbuntut pada serangan balasan dari Iran, termasuk adanya ancaman terhadap fasilitas milik mereka.
Upaya Negara-negara Teluk untuk Menjaga Stabilitas
Dalam konteks ini, negara-negara Teluk secara tegas menolak akses Israel untuk menggunakan wilayah udaranya dalam segala bentuk serangan terhadap Iran. Langkah ini diambil setelah Iran mengeluarkan pernyataan bahwa jika negara-negara Teluk memberikan akses udara kepada Israel, maka hal tersebut akan dianggap sebagai pernyataan perang.
Kondisi Produksi Minyak Libya
Tidak hanya ketegangan Israel-Iran yang mempengaruhi pasar minyak, potensi tambahan pasokan dari Libya juga memberikan dampak besar. National Oil Corporation (NOC) Libya melaporkan bahwa mereka telah berhasil memulihkan produksi minyak mendekati level sebelum terjadinya krisis di bank sentral negara tersebut, dengan angka mencapai 1,22 juta barel per hari (bph) per hari Kamis lalu.
Libya sebelumnya memproduksi sekitar 1,3 juta bph sebelum krisis yang menyebabkan penutupan sejumlah ladang minyak penting seperti Sharara, El Feel, dan Essider. Pemulihan pasokan dari Libya ini berpotensi lebih lanjut membatasi pergerakan harga minyak di pasar global.
Dampak Badai Milton dan Ketegangan di Kawasan
Di sisi lain, meskipun terdapat tekanan dari ketegangan geopolitik, harga minyak juga dipengaruhi oleh beberapa faktor positif. Salah satunya adalah potensi krisis bahan bakar akibat Badai Milton. Sentimen positif ini dapat memberikan sedikit kekuatan pada harga minyak meskipun kondisi pasar tetap bergejolak.
Lebanon juga menjadi sorotan seiring dengan adanya potensi serangan balasan ke Israel setelah sekelompok pejabat senior Hizbullah selamat dari upaya pembunuhan oleh Israel di Beirut. Hal ini semakin menambah ketegangan di kawasan dan memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih besar, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi pasar minyak.
Analisis Harga dan Prospek ke Depan
Dalam analisis teknikal yang disampaikan oleh Yoga, ia mengungkapkan bahwa harga minyak berpotensi menjumpai posisi resistance terdekat di level US$ 78 per barel. Namun, jika sentimen negatif terus mendominasi pasar, ada kemungkinan harga minyak akan turun ke support terdekat di level US$ 73 per barel.
Tanggal | Harga Minyak WTI (US$) | Pergerakan (%) |
---|---|---|
11 Okt 2023 | 75,74 | -0,15 |
10 Okt 2023 | 75,95 | - |
9 Okt 2023 | 76,20 | - |
Itu adalah kilasan situasi terkini harga minyak dan berbagai faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Dunia masih menunggu perkembangan lebih lanjut, terutama yang berkaitan dengan ketegangan di kawasan Timur Tengah yang dapat membuat pasar minyak berfluktuasi lebih tajam.