Harga Minyak Turun Setelah Kenaikan Mingguan Terkuat
Harga minyak dunia mengalami penurunan pada hari Senin, 7 Oktober 2023, menyusul kenaikan signifikan yang terjadi pada pekan sebelumnya. Ini menjadi perhatian banyak pelaku pasar, terutama dengan meningkatnya kekhawatiran tentang kelebihan pasokan dan permintaan yang melemah, meski tetap ada risiko eskalasi konflik di Timur Tengah yang dapat mengganggu ekspor minyak.
Menurut laporan yang dirilis oleh Reuters, harga minyak Brent turun sebesar 31 sen atau 0,4% menjadi US$77,74 per barel pada pukul 04:35 GMT. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami penurunan sebesar 20 sen atau 0,27%, berada pada posisi US$74,18 per barel.
Pekan Lalu, Kenaikan Harga Terbesar sejak Januari
Pekan lalu, harga minyak Brent mencatat kenaikan lebih dari 8%, menjadikannya sebagai kenaikan mingguan terbesar sejak Januari 2023. Di sisi lain, kontrak WTI mengalami lonjakan hingga 9,1%, yang merupakan kenaikan tertinggi sejak bulan Maret 2023. Kenaikan tersebut terutama dipicu oleh kekhawatiran akan kemungkinan serangan Israel terhadap infrastruktur minyak Iran sebagai respons atas serangan rudal yang dilakukan Iran terhadap Israel beberapa waktu lalu.
Priyanka Sachdeva, analis pasar senior di Phillip Nova, mengatakan bahwa bagi beberapa investor, penjualan futures ini mungkin dilakukan untuk mengamankan keuntungan dari kenaikan harga minggu sebelumnya. Menurutnya, "Tekanan ambil untung teknis tampaknya menjadi penjelasan yang paling logis" terhadap pelemahan harga minyak tersebut.
Dampak Ketegangan Geopolitik terhadap Pasokan Minyak
Ketegangan yang terus meningkat di Timur Tengah juga menjadi sorotan utama dalam analisis pasar minyak. Meskipun ada penurunan harga saat ini, prospek jangka pendek menunjukkan bahwa pasar minyak mungkin akan tetap tertekan akibat ketidakpastian yang ditimbulkan oleh konflik Israel dan Iran. Terlebih lagi, Menteri Pertahanan Israel telah mengisyaratkan bahwa "semua opsi balasan terhadap Iran terbuka," yang bisa menambah tekanan terhadap pasokan minyak global.
Pada hari Minggu (6/10), Israel melancarkan serangan udara ke target-target militan Hezbollah di Lebanon. Ini merupakan langkah yang diambil menjelang peringatan satu tahun serangan kelompok Hamas yang memicu konflik bersenjata besar antara Israel dan kelompok-kelompok militan yang didukung Iran tersebut.
Ada Risiko Geopolitik, Namun Pasokan Diperkirakan Stabil
Sebuah laporan dari ANZ Research mengindikasikan bahwa walaupun harga minyak sempat melonjak minggu lalu, dampak dari konflik ini terhadap pasokan minyak diperkirakan relatif kecil. Para analis mengatakan bahwa kemungkinan serangan langsung terhadap fasilitas minyak Iran sebagai respons dari Israel adalah opsi yang paling tidak mungkin terjadi. Hal ini juga disebabkan oleh penurunan premi risiko geopolitik yang diperhitungkan dalam pasar minyak selama beberapa tahun terakhir.
Dengan kapasitas cadangan sebesar 7 juta barel per hari dari OPEC, para analis percaya bahwa kelompok ini memiliki cukup ruang untuk mengimbangi risiko kelangkaan pasokan. OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia dan Kazakhstan, memiliki cadangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar jika terjadi gangguan yang signifikan.
Strategi OPEC+ dalam Menghadapi Ketidakpastian Pasar
Pada pertemuan OPEC+ yang terbaru pada 2 Oktober lalu, para anggota memutuskan untuk mempertahankan kebijakan produksi yang berlaku tanpa perubahan dan berencana untuk mulai meningkatkan produksi pada bulan Desember mendatang. Nikmati peningkatan produksi ini dapat melindungi pasar dari berbagai gangguan pasokan, khususnya di tengah pemulihan ekonomi yang belum sepenuhnya stabil di China, yang juga merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia.
Sachdeva menyebutkan bahwa dengan peningkatan produksi dari OPEC+, pasar mungkin akan terus terbatas dalam kenaikan harga minyak. Pasalnya, permintaan dari China yang terjaga bisa menjadi penyeimbang terhadap potensi lonjakan harga akibat ketegangan geopolitik.
Kesimpulan: Menyikapi Fluktuasi Harga Minyak ke Depan
Fluktuasi harga minyak yang terjadi dalam dua minggu terakhir memberikan sinyal bahwa pelaku pasar harus tetap waspada terhadap perkembangan geopolitik yang bisa memengaruhi pasokan. Meskipun ada penurunan harga saat ini, ketegangan di Timur Tengah dan sikap agresif dari masing-masing negara terlibat patut dicermati. Pelaku pasar diharapkan tetap memantau pergerakan harga dan mengevaluasi faktor-faktor yang mendasari, baik dari sisi pasokan maupun permintaan, agar tidak kehilangan peluang investasi kedepannya.