Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Harga Surat Utang Negara Melemah, Apa yang Terjadi di Pasar?

Harga Surat Utang Negara Melemah, Apa yang Terjadi di Pasar?

by Intan Sari at 07 Oct 2024 09:35

Pergerakan Terbaru Harga Surat Utang Negara

Harga Surat Utang Negara (SUN) mengalami pelemahan pada akhir pekan lalu. Berdasarkan data yang diperoleh dari PHEI, yield SUN benchmark untuk tenor 5-tahun, yaitu FR0101, meningkat sebesar 4 basis poin (bps) menjadi 6,37%. Sementara itu, yield SUN benchmark 10-tahun, FR0100, naik sebesar 10 bps menjadi 6,64%. Data dari Bloomberg juga menunjukkan, yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) meningkat sebesar 11 bps menjadi 6,65%. Ini menjadi sinyal bahwa minat investor terhadap SUN berkurang seiring dengan peningkatan yield yang terjadi.

Volume Transaksi Menurun

Pada perdagangan terakhir, volume transaksi Surat Berharga Negara (SBN) tercatat mencapai Rp 20,2 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan volume transaksi di hari sebelumnya yang mencapai Rp 32,1 triliun. Dalam pasar sekunder, dua seri SUN yang paling aktif adalah FR0100 dan FR0103, dengan volume transaksi masing-masing dicatatkan sebesar Rp 5,3 triliun dan Rp 3,3 triliun. Selain itu, pasar obligasi korporasi juga menunjukkan aktivitas dengan volume transaksi tercatat sebesar Rp 4,6 triliun.

Investor Asing Masih Tertarik

Dalam laporan terbaru oleh Bank Indonesia (BI) yang mencakup periode 30 September hingga 3 Oktober 2024, terungkap bahwa terdapat beli neto oleh investor asing sebesar Rp 570 miliar. Beli neto ini terdiri dari Rp 6,13 triliun yang terjadi di pasar SBN, namun di sisi lain, terdapat jual neto sebesar Rp 4,36 triliun di pasar saham dan jual neto Rp 1,20 triliun di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Meskipun volume transaksi SBN menurun, kehadiran investor asing masih menunjukkan minat yang kuat.

Kurs Rupiah dan Sentimen Pasar

Data Bloomberg menunjukkan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah sebesar 0,37%. Pada hari Kamis, rupiah tercatat pada level Rp 15.429 per dolar AS, tetapi melemah menjadi Rp 15.485 per dolar AS pada akhir pekan. BNI Sekuritas mencatat bahwa indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung negatif bagi pasar obligasi. Hal ini terlihat dari lonjakan yield US Treasury (UST) yang menunjukkan kenaikan yang signifikan, di mana yield curve UST untuk tenor 5-tahun meningkat 19 bps menjadi 3,81% dan untuk tenor 10-tahun meningkat 13 bps menjadi 3,98%.

Analisis Pergerakan Yield

Secara week-over-week, yield curve UST 10-tahun telah mengalami kenaikan sebesar 23 bps. Situasi ini berpengaruh langsung pada yield SUN. Mengacu pada kondisi ini, yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) mencatatkan peningkatan mingguan sebesar 18 bps menjadi 6,65%. Pergerakan ini menunjukkan adanya tekanan yang berkelanjutan pada instrumen utang pemerintah.

Prediksi Kedepan

Amir Dalimunthe, Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, menyatakan bahwa melihat dari kondisi pasar saat ini, terdapat potensi peningkatan volatilitas pada harga dan yield instrumen SBN berdenominasi rupiah. Untuk periode 7-11 Oktober 2024, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa yield curve SUN 10-tahun akan bergerak di kisaran 6,51% hingga 6,78%. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembeli potensi akan lebih selektif dalam memilih instrumen utang yang akan diinvestasikan.

Obligasi yang Menarik

Dalam risetnya, Amir merekomendasikan beberapa obligasi yang diperkirakan akan menarik bagi investor, antara lain adalah FR0086, FR0047, FR0071, FR0100, FR0068, FR0080, FR0098, dan FR0050. Rekomendasi ini didasarkan pada analisis valuasi yield curve yang menunjukkan potensi hasil yang menarik.

Kesimpulan

Pelaku pasar harus tetap waspada terhadap dinamika yang terjadi di pasar SUN dan SBN, mengingat sentimen negatif yang muncul dari meningkatnya yield US Treasury serta pelemahan nilai tukar rupiah. Investor disarankan untuk terus memantau pergerakan market dan melakukan riset yang mendalam sebelum mengambil keputusan investasi. Dengan memahami risiko dan potensi yang ada, diharapkan para investor dapat memaksimalkan hasil investasi mereka dalam jangka panjang.