Indeks IDX High Dividend 20 menunjukkan sinyal positif di tahun 2024, meskipun mengalami pertumbuhan yang tipis. Hingga tengah bulan Oktober, indeks ini mencatat kenaikan sebesar 0,52% secara year to date (ytd), sebuah berita yang memberikan harapan baru bagi para investor yang mengandalkan dividen.
Performa Indeks dan Faktor Penghambat
Menurut Sukarno Alatas, Head of Equity Research di Kiwoom Sekuritas Indonesia, meskipun indeks ini mengalami pertumbuhan, terdapat beberapa saham besar yang mengalami penurunan signifikan. Contohnya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengalami penurunan sebesar 14,41% ytd, sedangkan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) turun hingga 25,57% ytd.
Sukarno menjelaskan bahwa BBRI dan TLKM memiliki bobot yang cukup besar dalam indeks ini. Sebagai contoh, bobot BBRI sebelumnya 16% turun menjadi 14,8%, sedangkan TLKM dari 15,9% menjadi 13,5%. Hal ini tentu berpengaruh terhadap kinerja keseluruhan indeks.
Prospek Ke Depan
Meskipun terdapat tekanan dari saham-saham besar tersebut, Sukarno tetap optimis bahwa potensi positif masih ada. Ia percaya bahwa penurunan saham-saham ini dapat berakhir dan valuasi mereka kini sudah lebih menarik setelah mengalami penurunan yang signifikan. Apabila kedua saham tersebut pulih, maka kinerja Indeks High Dividend 20 pun berpotensi untuk tumbuh, sejalan dengan peningkatan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Emiten Penopang dan Rekomendasi Saham
Dalam analisisnya, Sukarno menyebutkan beberapa emiten yang menjadi penopang indeks, seperti:
Emiten | Simbol |
---|---|
PT TPIA | TPIA |
PT ADRO | ADRO |
PT BRI | BMRI |
PT Bank Central Asia | BBCA |
PT Indofood CBP | INDF |
PT United Tractors | UNTR |
PT Kalbe Farma | KLBF |
PT Indocement Tunggal Prakarsa | SMGR |
PT Berau Coal Energy | ITMG |
PT Indah Kiat Pulp & Paper | INKP |
Sukarno merekomendasikan agar investor cermat dalam memantau saham-saham yang masih mengalami penurunan seperti BBRI, TLKM, ASII, SMGR, dan ANTM. Menurutnya, secara fundamental, saham-saham ini cukup solid dan valuasinya telah menjadi lebih menarik untuk dibeli.
Sentimen Pelaku Pasar
Di sisi lain, menurut William Hartanto, seorang pengamat pasar modal dan pendiri WH Project, indeks IDX High Dividend mengalami tekanan karena kurangnya minat pelaku pasar terhadap saham-saham tersebut. Beliau menggarisbawahi bahwa sentimen dari stimulus ekonomi China turut memengaruhi minat jual asing yang tinggi.
William juga menambahkan bahwa momentum bagi saham yang tergabung dalam indeks ini biasanya akan meningkat menjelang pembagian dividen. Oleh karena itu, ia menilai kinerja indeks ini masih bisa tumbuh seiring dengan rilis laporan keuangan dan rencana pembagian dividen yang akan datang.
Saran untuk Investor
William merekomendasikan untuk melakukan pembelian pada saham-saham seperti BBCA, BMRI, TLKM, BBRI, dan ASII dengan target harga masing-masing sebesar Rp 11.000, Rp 7.200, Rp 3.300, Rp 5.500, dan Rp 5.500 per saham. Sementara itu, Sukarno menyarankan target harga untuk beberapa saham lainnya, yaitu BBRI di Rp 6.000, ANTM di Rp 1.640, TLKM di Rp 3.400, SMGR di Rp 4.450, AMRT di Rp 3.500, INKP di Rp 9.700, ADRO di Rp 3.990, dan ASII di Rp 5.400 per saham.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, meskipun IDX High Dividend 20 mengalami beberapa tantangan akibat penurunan beberapa saham besar, ada sinyal positif mengenai potensi pertumbuhan di sisa tahun 2024. Investor disarankan untuk memantau pergerakan indeks dan emiten yang tergabung di dalamnya, serta tetap waspada terhadap pergerakan pasar yang dapat memengaruhi keputusan investasi mereka.