Data inflasi terbaru dari Amerika Serikat (AS) menghambat kenaikan harga Bitcoin (BTC). Inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan ini membuat investor cenderung berhati-hati dalam menanggapi arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed). Menurut trader dari Tokocrypto, Fyqieh Facrur, kenaikan inflasi yang mencapai 2,4% untuk inflasi umum dan 3,3% untuk inflasi inti membawa dampak signifikan terhadap pergerakan harga Bitcoin.
Dampak Inflasi Terhadap Bitcoin
Inflasi yang lebih tinggi dari target The Fed, yang seharusnya sekitar 2%, menghadirkan tantangan baru bagi pelonggaran kebijakan moneternya. Sebelumnya, terdapat harapan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan bulan November mendatang. Namun, dengan inflasi yang terus meningkat, potensi penurunan suku bunga menjadi semakin kecil.
"Dengan inflasi yang masih tinggi, potensi penurunan suku bunga semakin kecil karena kekhawatiran bahwa pelonggaran yang terlalu cepat dapat memicu lonjakan inflasi lebih lanjut," ungkap Fyqieh kepada Kontan.co.id.
Sehingga, saat ini Bitcoin berada di kisaran level US$ 64.000, setelah sempat mengalami kenaikan dari level US$ 62.000. Namun, adanya bayang-bayang inflasi yang lebih tinggi tetap mengganggu prospek aset kripto ini.
Kondisi Pasar Kripto Saat Ini
Di tengah kondisi yang tidak menentu, saat ini fase konsolidasi terlihat jelas di pasar kripto. Investor cenderung berada di posisi wait-and-see, mengingat ketidakpastian ekonomi global yang disertai meningkatnya risiko geopolitik.
Fyqieh berpendapat, "Selama inflasi tetap tinggi dan kebijakan moneter ketat masih diterapkan, kenaikan harga Bitcoin akan semakin sulit." Selain itu, ketegangan geopolitik yang terjadi, terutama di Timur Tengah, dapat menambah pengaruh pada harga Bitcoin. Dalam situasi seperti ini, banyak investor yang cenderung menghindari aset berisiko.
Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Harga
Selain inflasi dan ketegangan geopolitik, terdapat beberapa faktor eksternal lainnya yang dapat mempengaruhi harga Bitcoin di masa mendatang. Salah satunya adalah potensi stimulus tambahan dari China, yang diharapkan dapat menambah minat investor terhadap Bitcoin. Stimulus fiskal yang dirancang untuk mendukung sektor properti dan ekonomi yang melambat di China dapat meningkatkan likuiditas di pasar global.
"Peningkatan likuiditas ini kemungkinan besar akan mendorong investor untuk mencari peluang di aset berisiko seperti Bitcoin, terutama jika langkah-langkah stimulus tersebut berhasil memperbaiki prospek ekonomi global," jelas Fyqieh.
Data Ekonomi AS yang Perlu Diperhatikan
Minggu ini, investor juga disarankan untuk mengawasi beberapa data ekonomi yang penting. Data Klaim Pengangguran Awal AS, yang akan dirilis pada 17 Oktober 2024, akan menjadi salah satu indikator kunci. Jika klaim pengangguran lebih tinggi dari yang diperkirakan, ini dapat menjadi sinyal pelemahan ekonomi dan memicu pergeseran perhatian investor ke aset alternatif seperti Bitcoin.
Di hari yang sama, penjualan ritel AS untuk bulan September juga akan dirilis. Hasil yang menunjukkan penjualan ritel yang kuat dapat memperkuat sentimen bullish di pasar kripto, sedangkan data yang lebih lemah bisa menandakan kekhawatiran yang lebih luas tentang kondisi ekonomi.
Selain itu, data produksi industri yang akan dirilis pada 18 Oktober juga menjadi perhatian. Data yang kuat dapat memberikan sinyal positif bagi kesehatan ekonomi secara keseluruhan, sehingga berdampak pada sentimen pasar kripto.
Peran Laporan Keuangan Perusahaan Besar
Laporan keuangan dari sejumlah perusahaan besar termasuk Bank of America, Citigroup, dan Charles Schwab yang dirilis mulai 15 Oktober ini juga dapat menarik perhatian pasar. Apabila laporan-laporan ini menunjukkan hasil positif, maka optimisme di pasar dapat terbangkitkan, berpotensi mendorong harga Bitcoin lebih tinggi.
Perkembangan Ekonomi China
Di sisi lain, rilis data PDB kuartal ketiga dari China pada 17 Oktober akan menjadi sorotan utama. Hasil yang lebih baik dari yang diharapkan bisa mendorong sentimen positif di pasar global, termasuk pasar kripto. Namun, jika data menunjukkan hasil yang lemah, ini dapat menambah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global.
Pentingnya Mengawasi Ketegangan Geopolitik
Ketegangan geopolitik di Timur Tengah tidak bisa diabaikan, dan ini menjadi perhatian tersendiri bagi pasar global. Dalam kondisi ketidakstabilan, terdapat potensi lonjakan permintaan terhadap Bitcoin sebagai aset alternatif. Fyqieh mengingatkan bahwa risiko geopolitik yang meningkat dapat memicu volatilitas di pasar kripto.
Banyak investor kini mulai melihat Bitcoin sebagai alat lindung nilai terhadap ketidakpastian global. Oleh karena itu, pergerakan harga Bitcoin ke depan tidak lepas dari pengaruh multidimensional berupa inflasi, kebijakan moneter, situasi politik, hingga sentimen pasar secara keseluruhan.