Jakarta, CNBC Indonesia - PT Industri Baterai Indonesia (IBC), perusahaan holding investasi BUMN yang berfokus pada material energi terbarukan, baru saja meresmikan kerjasama dengan CBL International Development Pte Ltd., unit bisnis dari CATL, yang merupakan perusahaan baterai kendaraan listrik terbesar di dunia. Kerjasama ini dibentuk melalui perusahaan patungan (joint venture/JV) untuk manufaktur sel baterai, yang diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam industri baterai global.
IBC, yang merupakan hasil kolaborasi antara PT ANTAM Tbk, PT Indonesia Asahan Aluminium, PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero), akan terlibat dalam berbagai segmen hilir, termasuk manufaktur material dan sel baterai, serta daur ulang baterai. Ini merupakan langkah strategis yang sejalan dengan kebutuhan masa depan industri energi terbarukan di Indonesia.
Target dan Harapan pada Tahun 2027
Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, menekankan pentingnya kecepatan dan adaptabilitas dalam proyek-proyek strategis, terutama mengingat meningkatnya kebutuhan kendaraan listrik. "Kita harus memantau perubahan teknologi di sektor kendaraan listrik agar dapat bersaing. Harapan kami adalah pada tahun 2027, hasil dari JV ini sudah dapat terlihat," ujarnya pada konferensi pers.
Potensi besar cadangan nikel Indonesia menjadi salah satu fokus dalam proyek ini, yang diberi nama Project Dragon. Diharapkan, proyek ini tidak hanya memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasokan global, tetapi juga menciptakan lapangan kerja, menarik investasi asing, dan meningkatkan kapasitas industri energi terbarukan.
Dampak Ekonomi dan Komitmen Lingkungan
Sebagai bagian dari komitmen untuk mencapai target net zero emissions pada tahun 2060, proyek ini diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Direktur Utama IBC, Toto Nugroho, menyatakan bahwa kerjasama dengan CATL merupakan bagian dari upaya hilirisasi nikel dan pengembangan industri baterai terintegrasi yang lebih menyeluruh, dari hulu hingga hilir.
"Inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci dalam pasar global baterai. Proyek JV kami untuk manufaktur battery cell saat ini sudah dalam tahap awal di Karawang, Jawa Barat," jelas Toto.
Investasi dan Kapasitas Produksi
Kerja sama ini mencakup total investasi mencapai US$ 1,18 miliar dengan target kapasitas produksi sebesar 15 GWh per tahun. Kapasitas ini diharapkan dapat memenuhi permintaan baik di pasar domestik maupun internasional, mengingat pertumbuhan pesat dalam industri kendaraan listrik.
Gordon An, General Manager of International Business Manufacturing Operations dari CATL, menanggapi positif proyek ini. Ia menyebutkan bahwa pabrik baterai ini adalah komponen penting untuk membangun rantai dan ekosistem industri kendaraan listrik di Indonesia. "CATL berkomitmen untuk memanfaatkan inovasi teknologi dan manufaktur yang kami miliki, serta berharap dapat bekerjasama dengan mitra di Indonesia dalam upaya elektrifikasi," tutupnya.
Dengan semua langkah ini, IBC dan CATL tidak hanya berfokus pada keuntungan ekonomi, tetapi juga berkomitmen untuk mendukung transisi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan di Indonesia. Kerjasama ini menjadi gambaran nyata betapa strategisnya posisi Indonesia dalam perkembangan industri baterai global dan potensi yang dimiliki negara tersebut di masa depan.