Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Kinerja Reksa Dana Saham Anjlok, IHSG Tertekan Pelemahan Saham

Kinerja Reksa Dana Saham Anjlok, IHSG Tertekan Pelemahan Saham

by Citra Maharani at 02 Dec 2024 12:52

Dalam beberapa waktu terakhir, kinerja investasi di pasar modal Indonesia menunjukkan penurunan signifikan, terutama pada reksa dana saham. Data terbaru dari Infovesta mengungkapkan bahwa indeks reksa dana saham, yang diwakili oleh Infovesta Equity Fund Index, mengalami penurunan sebesar 0,50% dalam periode 22 hingga 29 November 2024, yang membuat indeks ini melorot menjadi 5.802,16. Ketika dilihat dari perspektif year-to-date (ytd), reksa dana saham kini mencatatkan imbal hasil negatif sebesar -9,25%.

Konsekuensi langsung dari penurunan ini adalah terjadinya koreksi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG pada minggu yang sama telah tertekan lebih jauh, mengalami penurunan sebesar 1,13%, sehingga totalnya berada di angka 7.114,27 hingga akhir pekan lalu. Dengan tren penurunan tersebut, IHSG juga mencatatkan penurunan ytd sebesar 1,13%.

Kinerja Indeks Reksa Dana Lainnya

Sementara itu, kinerja reksa dana di kategori lain menunjukkan hasil yang sedikit lebih baik. Indeks reksa dana campuran, yang terukur melalui Infovesta Balanced Fund Index, hanya mengalami penurunan sebesar 0,25%. Di sisi lain, reksa dana pendapatan tetap, yang ditunjukkan oleh Infovesta Fixed Income Fund Index, justru mengalami kenaikan sebesar 0,12%.

Lebih lanjut, indeks acuan untuk reksa dana pendapatan tetap seperti Infovesta Government Bond Index dan Infovesta Corporate Bond Index juga menunjukkan tren positif, dengan catatan masing-masing naik sebesar 0,17% dan 0,03%. Berbeda dengan kinerja reksa dana saham, indeks reksa dana pasar uang yang merefleksikan Infovesta Money Market Fund Index juga mencatatkan kenaikan, meski kecil, sebesar 0,09%.

Faktor Penyebab Penurunan

Menurut Tim Riset Infovesta, penyebab utama dari anjloknya kinerja reksa dana saham bersamaan dengan pergerakan bearish IHSG adalah dampak dari aksi jual yang masih dilakukan oleh investor asing. Dalam sepekan terakhir, mereka mencatatkan aksi jual bersih senilai Rp3,90 triliun. Saham-saham besar atau big caps, yang umumnya menjadi pilihan utama manajer investasi, juga mengalami penurunan harga yang signifikan. Sebagai contoh, saham ADRO merosot hingga 44,53%, AMMN turun sebesar 5,51%, dan BBRI mengalami penurunan sebesar 3,41%.

Di sisi lain, sentimen domestik sedikit lebih positif. Pelaksanaan Pilkada 2024 berjalan dengan aman, dan rencana presiden untuk meninjau Upah Minimum Provinsi (UMP) untuk tahun 2025 mengalami kenaikan sebesar 6,5%. Ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan buruh dan memberikan dampak positif terhadap daya beli masyarakat.

Dari Perspektif Global

Dari luar negeri, data yang dirilis oleh Bank Sentral China (PBoC) menunjukkan penyuntikan dana sebesar 900 miliar yuan ke dalam sistem keuangan melalui fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) satu tahun. Suku bunga PBoC tetap tidak berubah pada posisi 2,0%. Langkah ini diambil dalam upaya untuk meningkatkan likuiditas di dalam sistem keuangan, terutama dalam konteks perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

Di Amerika Serikat, rilis data pesanan barang tahan lama menunjukkan kenaikan sebesar 0,2% secara bulanan, dengan sektor peralatan transportasi memimpin kenaikan tersebut. Peralatan transportasi sendiri tercatat naik sebesar $0,4 miliar, atau meningkat 0,5% menjadi $97,1 miliar.

Perbandingan Pasar Saham dan Obligasi

Jika kita membandingkan keadaan pasar saham dengan pasar obligasi, dalam sepekan ini pasar obligasi mengalami penguatan. Yield Surat Berharga Negara (SBN) bertenor 10 tahun mengalami penurunan dan kini berada pada angka 6,87%, sementara yield Treasury AS juga turun menjadi 4,18%.

Outlook Pasar Mendatang

Terkait dengan ramalan untuk minggu mendatang, berdasarkan analisis dari Infovesta, tekanan di pasar saham diprediksi akan mereda secara lebih terbatas. Investor pun disarankan untuk mengambil posisi beli pada saham-saham big caps yang saat ini berada di valuasi undervalued. Di sisi lain, untuk pasar obligasi, investor disarankan untuk mengumpulkan seri Surat Utang Negara (SUN) karena harga saat ini yang dikategorikan murah. Strategi yang disarankan adalah menerapkan strategi barbel, yang berarti penyeimbangan bobot antara porsi tenor jangka pendek dan jangka panjang.

Dengan kondisi ini, penting bagi semua investor untuk tetap melakukan penelitian dan analisis yang mendalam sebelum melakukan keputusan investasi. Apapun keputusan yang diambil, hasil akhir tidak terlepas dari riset pasar dan strategi investasi yang tepat.