Bisnis retail di Indonesia kembali menghadapi tantangan, terutama bagi emiten seperti PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) yang telah mengambil langkah signifikan dengan menutup tujuh gerai sejak awal tahun 2024. Penutupan ini adalah bagian dari strategi perusahaan untuk melakukan optimalisasi jaringan toko sebagai upaya untuk mengembangkan portofolio bisnis yang lebih sehat.
Strategi Penutupan Gerai untuk Optimalisasi
Dalam presentasinya, manajemen LPPF menegaskan bahwa penutupan gerai bukanlah keputusan yang diambil secara sembarangan. "Penutupan 10 gerai berjalan sesuai rencana, dengan tambahan tiga gerai yang akan ditutup," ungkap manajemen. Langkah ini, menurut mereka, adalah bagian dari upaya berkelanjutan untuk merampingkan operasional dan memfokuskan sumber daya pada gerai yang lebih menguntungkan.
Setelah melakukan tinjauan lebih mendalam, manajemen juga menambahkan tujuh gerai ke dalam daftar pantauan mereka, yang kini total menjadi 20 gerai. Penutupan dan pemantauan ini diharapkan dapat memberikan ruang bagi perusahaan untuk mengembangkan strategi yang lebih efektif di masa mendatang.
Pembukaan Gerai Baru Ditunda
Satu langkah besar lainnya yang diambil oleh LPPF adalah menunda pembukaan gerai baru hingga tahun 2025. Saat ini, LPPF masih memiliki 147 gerai yang beroperasi sampai 30 September 2024, menurun dari 154 gerai pada akhir Desember 2023. Ini menunjukkan bahwa perusahaan memang berfokus pada penguatan dan efisiensi operasional daripada memperluas jaringan secara agresif.
Distribusi Gerai LPPF di Indonesia
Per 30 September 2024, keberadaan gerai LPPF di Indonesia tercatat sebagai berikut:
Wilayah | Jumlah Gerai |
---|---|
Pulau Sumatera | 28 |
Pulau Jawa | 84 |
Kalimantan, Sulawesi, Maluku | 29 |
Wilayah Lain | 6 |
Pengaruh Penutupan Gerai Terhadap Karyawan
Seiring dengan penutupan gerai, jumlah karyawan LPPF juga mengalami penurunan. Pada akhir September 2024, jumlah karyawan LPPF tercatat sebanyak 8.335, berkurang dari 9.092 karyawan pada akhir Desember 2023. Penyesuaian ini tentunya berpengaruh pada operasional perusahaan dan memerlukan strategi manajemen SDM yang solid untuk memastikan produktivitas tetap terjaga.
Kenaikan Biaya Karyawan di Tengah Penurunan Pendapatan
Meskipun jumlah karyawan berkurang, biaya terkait karyawan justru mengalami peningkatan. Hingga 30 September 2024, biaya karyawan LPPF tercatat sebesar Rp758,6 miliar, naik dari Rp751,8 miliar pada periode yang sama tahun 2023. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah karyawan berkurang, LPPF harus mengelola biaya dengan baik untuk mempertahankan profitabilitas.
Analisis Kinerja Keuangan LPPF
Hasil evaluasi kinerja keuangan LPPF hingga akhir September 2024 menunjukkan adanya penurunan pendapatan dan laba bersih. LPPF mencatat pendapatan sebesar Rp4,91 triliun, menurun dari Rp4,98 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Selain itu, laba bersih juga tergerus sebesar 1,31%, yang berjumlah Rp622,2 miliar dibandingkan dengan Rp630,5 miliar di tahun sebelumnya.
Dengan kondisi ini, LPPF perlu merumuskan strategi yang lebih efektif untuk pemulihan kinerja di masa depan, utamanya dalam menghadapi perubahan perilaku konsumen yang terus berkembang.
Kesimpulan
Dengan berbagai langkah strategis yang dilakukan, termasuk penutupan gerai dan penundaan pembukaan gerai baru, LPPF menunjukkan keseriusannya dalam menghadapi tantangan yang ada. Hal ini bisa menjadi langkah penting untuk menciptakan portofolio bisnis yang lebih sehat dalam jangka panjang. Namun, dengan pengurangan jumlah gerai dan karyawan, tetap menjadi tantangan bagi manajemen untuk menjaga stabilitas operasional dan kinerja keuangan yang positif.