Isu mengenai pemborosan pangan (food waste) semakin mendapat perhatian di Indonesia. Dengan lebih dari 270 juta penduduk, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam hal ketahanan pangan. Untuk itu, Badan Pangan Nasional (Bapanas) melakukan langkah strategis dengan menggandeng mahasiswa sebagai agen perubahan
Pengurangan Pemborosan Pangan Menjadi Prioritas
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menekankan pentingnya peran generasi muda dalam mengurangi perilaku boros pangan. "Sinergi pentahelix yang melibatkan civitas akademika termasuk mahasiswa sangat dibutuhkan untuk mengatasi isu susut dan sisa pangan," ujarnya di Jakarta.
Badan Pangan Nasional terus memperkuat program-program yang bertujuan untuk mengurangi pengeluaran makanan yang tidak perlu dengan memberdayakan mahasiswa. Dengan mengedukasi masyarakat tentang cara berbelanja dan mengkonsumsi makanan secara bertanggung jawab, diharapkan dapat mengubah pola konsumsi yang selama ini dianggap boros.
Festival Literasi Budaya Pangan Berkelanjutan
Dalam upaya mempromosikan kesadaran mengenai pentingnya pengurangan limbah makanan, Bapanas mengadakan Festival Literasi Budaya Pangan Berkelanjutan di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Acara ini diharapkan dapat menjadi platform bagi mahasiswa untuk berbagi pengetahuan dan mempraktikkan gaya hidup berkelanjutan.
Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Bapanas, Nita Yulianis, mengatakan bahwa mahasiswa memiliki tanggung jawab besar sebagai agen perubahan. "Perilaku bijak dalam berbelanja dan mengkonsumsi makanan harus dijadikan model oleh mahasiswa dan disebarluaskan ke masyarakat," ungkapnya.
Menangani Tantangan Limbah Makanan di Yogyakarta
Festival ini juga mencakup diskusi mengenai tantangan yang dihadapi, termasuk meningkatnya jumlah limbah makanan di daerah seperti Yogyakarta. Dekan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Prof Yodi Mahendradhata, mengidentifikasi bahwa meskipun limbah makanan meningkat, tantangan utama terletak pada memastikan ketersediaan pangan secara berkelanjutan.
"Festival ini sangat relevan dengan tema ‘Food for Health, Food for Planet’, yang mencakup keberlanjutan, kesehatan, dan kesadaran masyarakat terhadap pola konsumsi pangan yang lebih baik," katanya. Prof Yodi berharap festival ini dapat menginspirasi mahasiswa dan masyarakat untuk berkontribusi menjaga keberlanjutan lingkungan dan kesehatan.
Gerakan Selamatkan Pangan
Sejak tahun 2022, Bapanas telah memulai Gerakan Selamatkan Pangan (GSP) yang bertujuan untuk meminimalisir limbah pangan melalui penyaluran donasi makanan. GSP telah diujicobakan di wilayah Jabodetabek dan melibatkan kerja sama dengan berbagai organisasi non-pemerintah yang peduli terhadap isu pangan.
Diharapkan, melalui gerakan ini, masyarakat dapat lebih aware terhadap limbah pangan dan berpartisipasi aktif dalam mengurangi jumlah makanan yang terbuang setiap harinya. Selain itu, mahasiswa diharapkan tidak hanya berperan sebagai penerima informasi, tetapi juga sebagai fasilitator yang menyebarluaskan pengetahuan tersebut di kalangan teman sebaya.
Kesimpulan
Dengan semakin meningkatnya perhatian terhadap isu pemborosan pangan, kolaborasi antara Bapanas dan mahasiswa tampaknya merupakan langkah yang tepat untuk menstimulasi kesadaran dan edukasi di masyarakat. Melalui berbagai program dan festival, diharapkan generasi muda dapat menjadi pionir dalam menciptakan pola konsumsi yang lebih berkelanjutan dan efisien.
Kesadaran akan pentingnya pengurangan limbah pangan tidak hanya akan membantu menyelesaikan masalah ketahanan pangan, namun juga memberi dampak positif bagi kesehatan lingkungan dan masyarakat secara keseluruhan.