Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Membangkitkan Ekonomi Lokal Melalui Kopi: Kisah Desa Serambi

Membangkitkan Ekonomi Lokal Melalui Kopi: Kisah Desa Serambi

by Dika Saputra at 02 Nov 2024 15:07

Gunung Dempo, yang berdiri megah di sepanjang deretan pegunungan Bukit Barisan, bukan hanya menawarkan pemandangan yang menakjubkan, tetapi juga menjadi latar belakang penting bagi industri kopi di kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Memiliki ketinggian 3.142 meter di atas permukaan laut, gunung ini menjadi tanda sejarah serta potensi pertanian, khususnya kopi, yang menyelimuti kaki gunung ini.

Di kaki Gunung Dempo, tepatnya di Desa Serambi, terdapat hamparan luas perkebunan kopi yang memanjang hingga 54 ribu hektare. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel menunjukkan bahwa pada tahun 2023, kabupaten Lahat berhasil memproduksi sekitar 22 ribu ton kopi. Namun, meski memiliki potensi yang besar, tantangan yang dihadapi wilayah ini sangat signifikan, terutama dalam hal pengetahuan dan keterampilan budidaya kopi bagi para petani lokal.

Inisiatif Mendorong Petani Mandiri

Di tengah situasi ini, muncul sosok inspiratif dari desa tersebut, Abi Lababa, seorang pegiat kopi berusia 26 tahun. Setelah menyelesaikan pendidikannya di bidang Administrasi Publik di Bengkulu, Abi kembali ke kampung halamannya dengan tekad untuk membantu para petani kopi di desanya. Menyadari bahwa para petani belum terampil dalam membudidayakan kopi dan menangani pascapanen, ia dan sejumlah pemuda lainnya mengambil langkah proaktif.

"Ketika saya kembali dari Bengkulu saat pandemik COVID-19, saya melihat bahwa para petani di sini kurang terampil dalam mengolah kopi, padahal harga sedang naik. Kami ingin berkontribusi dan mendirikan komunitas literasi untuk mengedukasi petani," ujarnya.

Komunitas Literasi Kopi

Pendirian komunitas literasi ini bertujuan untuk meningkatkan penghasilan petani serta memberikan edukasi yang tepat. Tidak hanya itu, Abi juga ingin mempersiapkan generasi penerus yang mampu mengelola usaha kopi dengan lebih profesional. Dalam komunitas tersebut, Abi menerapkan konsep petani berdikari, di mana petani wajib mandiri dalam pengolahan kopi dari hulu hingga hilir.

"Budaya di sini banyak yang merantau ke kota, lalu pulang ke desa untuk menjadi petani. Namun, kami ingin generasi selanjutnya tidak hanya menjadi petani tanpa pemahaman yang baik. Konsep kami adalah petani berdikari, di mana mereka bisa mandiri dalam seluruh proses," jelas Abi.

Teknik dan Inovasi Baru

Dengan pelatihan yang diperoleh di komunitas literasi, para petani mulai mengadopsi teknik yang lebih baik dalam merawat tanaman kopi dan menangani pascapanen. Sebelumnya, mereka cenderung memetik biji kopi yang masih hijau dan mengeringkan kopi di jalanan, yang tentunya berdampak pada kualitas kopi yang dihasilkan. Sekarang, mereka menerapkan berbagai inovasi seperti pengembangan kebun organik dengan memanfaatkan kulit kopi sebagai kompos, dan juga mengolah kulit biji kopi menjadi teh.

Dukungan dari Berbagai Pihak

Inisiatif Abi dan komunitasnya tidak hanya menarik perhatian masyarakat lokal, tetapi juga pihak-pihak luar yang berkomitmen untuk memberikan dukungan. Salah satunya adalah Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel), yang melalui Fuel Terminal Lahat, memberikan pelatihan dalam pengolahan kebun kopi dan dukungan dalam membangun rumah pengeringan kopi. "Tahun kedua, kami lebih fokus memberikan pelatihan hilir dari kopi dan membantu dalam pengadaan peralatan produksi," kata salah satu perwakilan dari Pertamina.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatera Selatan dan Bangka Belitung juga memberikan dukungan yang tidak kalah penting. Kepala OJK Sumsel Babel Arifin Susanto, menjelaskan bahwa mereka melakukan kajian untuk meningkatkan perekonomian dan keuangan yang lebih merata di seluruh daerah, termasuk memberikan solusi pembiayaan untuk usaha petani kopi.

Peluang Melalui Indikasi Geografis

Menambahkan nilai dan kemudahan pasar bagi kopi yang dihasilkan, kopi robusta dari Kabupaten Lahat juga telah mendapatkan sertifikat indikasi geografis, yang merupakan suatu bukti bahwa kopi dari daerah tersebut memiliki kualitas dan karakteristik khas. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Sumsel memperkuat pentingnya indikasi geografis, yang menjadi syarat krusial dalam perdagangan internasional.

Dengan adanya pekerja keras seperti Abi dan komunitasnya, diharapkan sektor pertanian kopi di Lahat dapat berkembang lebih baik, tidak hanya dari segi produksi, tetapi juga dalam hal peningkatan kesejahteraan para petani. Keberadaan dukungan dari berbagai pihak serta kesadaran akan pentingnya teknik budidaya yang baik, menjadi modal utama dalam mencapai keberhasilan tersebut.

Kesimpulan

Langkah-langkah kecil yang diambil oleh Abi dan teman-temannya bisa menjadi contoh yang baik bagi daerah lainnya. Dengan memperkuat pengetahuan dan dilakukan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan komunitas lokal, tentu akan lahir inovasi yang akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Kopi bukan hanya sebuah komoditas, tetapi sebuah harapan bagi masa depan generasi petani di Desa Serambi dan daerah lainnya di Sumatera Selatan.