Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Mendorong Produktivitas Sawit, Indonesia Siap Saingi Malaysia

Mendorong Produktivitas Sawit, Indonesia Siap Saingi Malaysia

by Gilang Permana at 18 Oct 2024 07:58

Industri sawit di Indonesia sedang berada dalam sorotan, terutama dengan dorongan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk meningkatkan produktivitas sawit nasional. Dalam sebuah pernyataan, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menyatakan harapan agar produktivitas tandan buah segar (TBS) sawit Indonesia dapat mendekati angka 18 ton per hektare (ha), yang selama ini menjadi standar produktivitas sawit di Malaysia.

Peningkatan produktivitas sawit dinilai sangat penting, tidak hanya untuk sektor ekonomi, tetapi juga untuk menambah devisa negara. Industri sawit berperan strategis sebagai lokomotif utama dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, langkah-langkah untuk menggenjot produktivitas sawit menjadi semakin krusial.

Pemberdayaan Petani Sawit

Sudaryono menegaskan komitmen pemerintah dalam menjaga sawit sebagai komoditas strategis. Saat menghadiri pengukuhan kepengurusan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) di Jakarta pada 9 Oktober 2024, ia mengajak petani untuk memfokuskan usaha mereka agar produktivitas sawit nasional dapat mencapai setidaknya 17 ton per hektare. Hal ini diharapkan akan mendekati Malaysia yang memiliki produktivitas yang lebih tinggi.

Menguasai Pasar Dunia

Lebih dari 60% pasar dunia saat ini dikuasai oleh sawit Indonesia. Dalam konteks ini, hilirisasi menjadi penting, termasuk pengembangan produk biodiesel untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor biosolar. Dengan adanya program biodiesel, diharapkan Indonesia dapat mengurangi impor solar dan memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.

“Kita punya catatan pada ekspor CPO (crude palm oil) kita sekaligus menjadikan bahan hilirisasi yang berhasil mengembangkan B35 dan B50. Sangat mungkin kita bisa mengurangi 100% impor biosolar,” ungkapnya dengan optimis.

Dukungan terhadap Ketahanan Pangan

Pada kesempatan yang sama, Wamentan Sudaryono juga menekankan pentingnya strategi lain, yaitu penanaman padi gogo di lahan perkebunan sawit untuk mendukung ketahanan pangan. Kementan menargetkan penanaman 500 ribu ha padi gogo di lahan perkebunan sawit dan kelapa di seluruh Indonesia.

“Kita ingin perkebunan sawit bisa ditumpangsarikan dengan padi gogo. Karena ketahanan pangan dalam negeri itu di antaranya adalah padi dan sawit,” kata Sudaryono menjelaskan tentang tujuan program Kelapa Sawit Tumpang Sari Tanaman Pangan (Kesatria).

Peran Apkasindo dalam memperjuangkan Petani

Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Apkasindo, Moeldoko mengingatkan pengurus baru organisasi untuk menjembatani kepentingan petani sawit dengan pemerintah dan masyarakat. Moeldoko menekankan pentingnya bersikap kritis dalam membela hak-hak petani sawit.

“Posisi Apkasindo harus jelas dengan berpikiran kritis untuk membela kepentingan petani sawit,” tegasnya. Dia meyakini bahwa Apkasindo bisa menjaga nama baik organisasi sambil memperjuangkan cita-cita petani sawit Indonesia.

Kemitraan dan Dukungan kepada Petani

Ketua Umum Apkasindo, Gulat Manurung, menyampaikan rasa terima kasih kepada pemerintah yang telah menjaga harga CPO sehingga tetap menguntungkan para petani sawit. Ia menekankan pentingnya membangun kemitraan yang solid antara semua pihak dalam sektor sawit.

Pemerintah juga berupaya memenuhi kebutuhan petani sawit dengan menyediakan pupuk yang berlimpah serta program replanting. Ini merupakan langkah strategis mengingat pentingnya sawit sebagai komoditas utama dalam ekonomi nasional.

Tantangan Kedepan

Tentu saja, dalam menghadapi tantangan yang ada, kolaborasi antar sektor menjadi penting. Petani sawit harus diberdayakan agar mampu meningkatkan hasil panen mereka, tidak hanya melalui penguasaan teknologi, tetapi juga dengan akses terhadap sumber daya yang lebih baik.

Seiring dengan upaya itu, industri hilir dari sawit juga perlu dikembangkan secara berkelanjutan. Dengan kata lain, menjadikan sawit bukan hanya sebagai komoditas ekspor tetapi juga sebagai bahan baku untuk produk bernilai tambah. Hal ini tidak hanya akan berdampak positif pada perekonomian, tetapi juga bagi kesejahteraan petani dan masyarakat luas.

Dengan langkah-langkah yang terencana dan kolaboratif, Indonesia diharapkan bisa mendekati standar produktivitas sawit yang sudah dicapai Malaysia, dan bahkan bisa melampauinya di masa depan.