Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Menguak Tingkat Stres Jakarta: Mengapa Nomor Sembilan?

Menguak Tingkat Stres Jakarta: Mengapa Nomor Sembilan?

by Eko Nugroho at 30 Oct 2024 09:05

Jakarta, ibu kota Indonesia yang dikenal sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan, menghadapi berbagai tantangan yang tidak hanya bersifat fisik tetapi juga mental. Dalam debat kedua Pilkada Jakarta 2024 yang berlangsung pada 27 Oktober 2024, calon Gubernur Ridwan Kamil menyebutkan bahwa Jakarta merupakan kota dengan tingkat stres nomor sembilan di dunia. Pernyataan ini menimbulkan pertanyaan mengenai dasar dan ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat stres di kota metropolitan ini.

Fakta Tingkat Stres Jakarta

Meskipun Ridwan Kamil tidak memberikan rincian tentang kategori mana yang menyebabkan Jakarta berada pada peringkat kesembilan, sebuah laporan yang diterbitkan oleh VAAY, berjudul The Least and Most Stressful Cities Index 2021, memberikan gambaran yang lebih jelas tentang peringkat stres kota tersebut. Jakarta mencatat skor keseluruhan sebesar 41,8, di mana semakin rendah skor, berarti semakin tinggi tingkat stres di sebuah kota.

Indikator Penilaian Stres

Penilaian yang dilakukan oleh VAAY menggunakan beberapa indikator yang berkontribusi terhadap tingkat stres di Jakarta. Di antara indikator tersebut adalah:

  • Keamanan dan Keselamatan: Jakarta mendapatkan skor 46,7, mencerminkan isu keamanan dalam masyarakat.
  • Kestabilan Sosial-Politik: Skor 44,7 menunjukkan adanya ketidakpastian yang mungkin dialami warga Jakarta.
  • Kesetaraan Gender dan Minoritas: Dengan skor 59,8, menunjukkan bahwa masih terdapat tantangan dalam hal kesetaraan.
  • Kepadatan Penduduk: Jakarta memiliki tingkat kepadatan sebesar 4.773 jiwa per kilometer persegi, menyiratkan tantangan dalam infrastruktur dan layanan publik.
  • Kemacetan Lalu Lintas: Skor 41,5 menjadi salah satu aspek yang menyulitkan mobilitas warga.
  • Polusi: Jakarta mendapat skor 19,2 untuk kuota cuaca, 68,3 untuk polusi udara, dan 25,4 untuk polusi suara, yang semuanya berdampak pada kesehatan mental dan fisik.
  • Tingkat Pengangguran: Tercatat sebesar 11 persen, yang juga berkontribusi pada stres finansial penduduk.
  • Stres Finansial: Skor 62,3 menggambarkan tantangan ekonomi yang dihadapi warga kota.
  • Kesehatan Mental: Skor 97,2 menunjukkan betapa pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental di kalangan masyarakat Jakarta.
  • Akses Layanan Kesehatan: Skor 31 menunjukkan bahwa oleh pelayanan kesehatan perlu dituntut peningkatan.
  • Dampak COVID-19: Skor 74 menandakan bahwa pandemi memperburuk keadaan stres di Ibu Kota.

Implikasi Jamur Stres dalam Kehidupan Sehari-hari

Seluruh indikator tersebut memberikan pandangan komprehensif tentang mengapa Jakarta berjuang dengan tingkat stres yang tinggi. Stres bukan hanya berdampak negatif pada kesehatan mental individu tetapi juga dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas hidup. Masyarakat yang terbebani oleh stres cenderung mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan berpotensi memperburuk masalah sosial.

Usulan Solusi untuk Mengatasi Stres

Ridwan Kamil dalam debat tersebut juga mengusulkan program inovatif seperti dokter keliling, yang ditujukan untuk mereka yang mobilitas terbatas, serta aplikasi curhat sebagai langkah untuk memberikan dukungan mental kepada warga.

Pengesahan rencana ini, jika terimplementasikan dengan baik, bisa menjadi solusi untuk menangani dampak stres di Jakarta. Namun, untuk mencapai hasil yang optimal, diperlukan kerjasama dari berbagai elemen masyarakat, termasuk pemerintah dan sektor swasta, untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik dan ramah bagi warganya.

Kesimpulan

Peringkat Jakarta sebagai kota nomor sembilan dengan tingkat stres tertinggi menunjukkan tantangan serius yang harus dihadapi. Melalui pengawasan yang ketat dan berdasar pada data yang valid, upaya untuk mengurangi stres dapat dilakukan dengan lebih terarah. Komitmen dari calon pemimpin seperti Ridwan Kamil untuk mengatasi masalah ini patut diapresiasi, namun yang terpenting adalah pelaksanaan nyata dari program-program yang diusulkan agar dapat benar-benar memenuhi harapan masyarakat. Hanya dengan tindakan nyata, Jakarta dapat kembali menjadi kota yang tidak hanya produktif, tetapi juga sehat secara mental bagi para penghuninya.