Memperkuat Ekonomi Syariah Melalui Industri Halal di Indonesia
Potensi industri halal memiliki prospek yang cerah untuk dapat dikembangkan secara signifikan. Sayangnya, saat ini sektor makanan halal masih didominasi oleh negara non-Muslim atau mayoritas non-Muslim.
Hakam Naja, Anggota DPR periode 2014-2019 dan Associate INDEF, menyampaikan bahwa Brasil, Amerika Serikat (AS), hingga China menduduki peringkat lima teratas sebagai produsen makanan halal global. Data dari laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) mencatat bahwa negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menguasai industri makanan dan minuman halal. Brasil menempati peringkat pertama, diikuti oleh India, Amerika Serikat, Rusia, dan China.
Indonesia, dengan jumlah populasi Muslim terbesar mencapai 237 juta jiwa, memiliki peran krusial dalam mengoptimalkan potensi ekonomi syariah global. Hakam menekankan perlunya sinergi antar negara Islam untuk meraih kesuksesan dalam industri halal. Mohammad Nabil Almunawar dari UBD School of Business and Economics Universiti Brunei Darussalam juga menyoroti bahwa negara-negara Muslim belum sepenuhnya menguasai ekonomi halal, meskipun merupakan konsumen terbesar.
Sektor ekonomi halal di Indonesia yang dapat ditingkatkan meliputi keuangan, pariwisata, makanan, dan fashion. Potensi pasar halal yang besar dapat dimanfaatkan dengan lebih baik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Salah satunya adalah melalui industri fashion halal yang dapat memperkuat industri tekstil Indonesia yang sedang mengalami tantangan.
Dalam konteks industri fashion, sinergi antara pemerintah, industri, dan pelaku fashion di Indonesia dianggap penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif. Konsumsi masyarakat Muslim di seluruh dunia diperkirakan dapat mencapai nilai US$ 3 triliun, menawarkan peluang besar bagi negara-negara Muslim, termasuk Indonesia.
Ke depan, peran Indonesia dalam ekonomi syariah sangat vital mengingat potensi besar konsumsi masyarakat Muslim global. Kerjasama dengan negara-negara Islam lainnya, seperti Brunei, Malaysia, dan negara OKI lainnya, akan menjadi kunci keberhasilan dalam mengoptimalkan potensi industri halal secara maksimal.