JAKARTA – Melandainya suku bunga acuan di Indonesia memberikan sentimen positif terhadap aliran dana asing ke surat berharga negara (SBN). Ini menjadi berita baik bagi para investor di tengah optimisme pemulihan ekonomi pasca pandemi. Di sisi lain, proyeksi menunjukkan bahwa aliran dana asing ke instrumen pasar uang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) diperkirakan akan mulai menurun.
Tren Suku Bunga dan Dampaknya
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto, menjelaskan bahwa ketika suku bunga acuan berada dalam tren tinggi, nilai tukar rupiah mengalami kontraksi. Dalam kondisi seperti ini, para pelaku pasar cenderung beralih untuk berinvestasi pada instrumen yang dianggap lebih aman, salah satunya adalah SRBI.
Instrument pasar uang ini memang telah menarik minat yang cukup besar dari investor asing. Data hingga 4 Oktober 2024 menunjukkan bahwa kepemilikan non-residen di SRBI mencapai Rp252 triliun, atau setara dengan 27,2% dari total kepemilikan. Namun, Handy menekankan bahwa saat tren suku bunga mengalami penurunan, dana asing cenderung masuk ke obligasi pemerintah, sementara kepemilikan di SRBI akan menurun.
Kondisi Eksternal dan Reaksi Pasar
Secara historis, perubahan suku bunga yang dilakukan oleh The Federal Reserve (The Fed) berimbas pada market global. Penurunan suku bunga lagunya seperti Fed Fund Rate biasanya akan disertai penurunan yield US Treasury dan indeks dolar AS. Hal ini menjadi katalis yang mendorong aliran dana asing ke pasar obligasi, termasuk SBN di Indonesia.
Handy juga menyoroti bahwa yield SRBI kini mulai melandai. Penurunan ini tak lepas dari pengaruh Fed Fund Rate yang terus dipangkas. Kejelasan dalam pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk tahun ini, dan prospek pengelolaan fiskal yang prudent di tahun 2025, diyakini menjadi faktor penunjang bagi pasar.
Dukungan dari Para Investor Domestik
Sementara itu, dukungan dari investor domestik terhadap pasar obligasi tampaknya tetap kuat. Baik dari kalangan investor retail maupun institusi non-bank, minat untuk berinvestasi di obligasi pemerintah tetap terjaga. Mandiri Sekuritas memperkirakan bahwa imbal hasil investasi di pasar obligasi Indonesia (INDOGB) pada 2024-2025 akan tetap positif, berkat pengaruh suku bunga The Fed dan penguatan nilai tukar rupiah.
Data dan Analisis dari OJK
Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Indonesia Composite Bond Index (ICBI) mengalami penguatan sebesar 5,74% sepanjang tahun berjalan hingga akhir September 2024, dengan level mencapai 396,13. Aliran dana asing ke SBN juga menunjukkan angka yang positif dengan catatan net buy mencapai Rp31,07 triliun per akhir September 2024.
Namun, untuk pasar obligasi korporasi, situasinya berbeda. Investor non-residen mencatatkan net sell sebesar Rp2,42 triliun hingga periode yang sama. Ini mengindikasikan tetap adanya ketidakpastian di sektor korporasi, di mana investor asing lebih berhati-hati dalam berinvestasi.
Kesimpulan dan Outlook ke Depan
Melihat kondisi pasar saat ini, terjebak dalam situasi di mana suku bunga acuan yang melandai dapat menjadi stimulus bagi masuknya dana asing ke SBN merupakan langkah yang positif. Meskipun demikian, pergeseran minat dari SRBI ke obligasi pemerintah adalah hal yang wajar dan menunjukkan dinamika investasi yang cermat di antara para pelaku pasar.
Investor diharapkan untuk terus memantau perkembangan selanjutnya, khususnya terkait kebijakan suku bunga The Fed dan strategi fiskal pemerintahan Indonesia. Semoga dengan langkah yang prudent, pasar obligasi Indonesia dapat terus berkembang dan menarik lebih banyak aliran dana asing di masa depan.