Pemerintah Indonesia akan menerbitkan surat berharga negara (SBN) ritel terakhir di tahun 2024, yaitu Sukuk Tabungan seri ST013 yang dijadwalkan terbit pada 8 November 2024. Penerbitan ini menjadi sorotan, mengingat kondisi perekonomian yang dinamis dan pengaruhnya terhadap suku bunga.
Analisis Potensi Kupon ST013
Senior Economist dari KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana memberikan analisis mengenai potensi kupon Sukuk Tabungan ST013. Menurutnya, kupon diperkirakan akan sedikit turun dibandingkan seri-seri sebelumnya, dengan proyeksi berada di kisaran 6,3% hingga 6,4%. Penawaran untuk ST013 ini juga dilakukan sehari setelah pertemuan FOMC pada 7 November 2024, yang biasanya memberikan dampak terhadap kebijakan moneter dan suku bunga di Indonesia.
Prospek Suku Bunga di Tahun Depan
Fikri menjelaskan bahwa penurunan kupon ini tetap menarik karena diperkirakan suku bunga dari Federal Reserve (the Fed) dan Bank Indonesia (BI) akan turun sekitar 1% atau 100 basis poin pada tahun 2025. Dengan asumsi ini, penyerapannya di pasar diperkirakan akan tetap positif, meski ada beberapa tantangan seperti pelemahan daya beli di kalangan masyarakat kelas menengah. Namun, kondisi yang baik masih tercermin pada kelas atas yang memiliki tabungan di atas Rp 5 miliar, yang menunjukkan pertumbuhan.
Perbandingan Pajak dan Daya Tarik SBN
Salah satu faktor yang membuat SBN, termasuk Sukuk Tabungan ST013 ini, menarik adalah perbandingan pajak antara SBN dengan deposito. Pajak untuk SBN adalah 10%, sementara untuk deposito adalah 20%. Dengan selisih pajak yang cukup signifikan ini, potensi permintaan akan SBN diperkirakan tetap besar. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi investor yang mencari instrumen dengan imbal hasil lebih baik dan biaya pajak yang lebih rendah.
Estimasi Penyerapan ST013
Fikri memperkirakan bahwa penyerapan Sukuk Tabungan ST013 bisa mencapai nilai Rp 25 triliun, dengan skenario terburuk mungkin berada di kisaran Rp 19 triliun. Ini menunjukkan bahwa minat masyarakat pada SBN ritel ini cukup tinggi, meskipun ada indikasi bahwa pertumbuhan SBN ritel pada tahun depan kemungkinan tidak sepesat tahun ini.
Data Penjualan SBN Ritel Sebelumnya
Untuk memberikan gambaran lebih lanjut, pemerintah Indonesia telah mencatatkan penjualan dari tujuh seri SBN ritel sebelumnya, yang totalnya mencapai Rp 128,1 triliun. Berikut adalah rincian penjualan dari setiap seri:
Seri SBN | Nilai Penjualan (Rp Triliun) |
---|---|
ORI025 | 23,92 |
SR020 | 21,36 |
ST012 | 19,65 |
SBR013 | 19,45 |
SWR005 | 0,147 |
SR021 | 24,22 |
ORI026 | 19,35 |
Peluang dan Tantangan di Masa Depan
Melihat ke depan, Fikri berpendapat bahwa walaupun terdapat jatuh tempo surat utang negara yang besar, perhatian pemerintah terhadap peningkatan pendapatan negara tetap menjadi prioritas. Hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan SBN ritel di tahun-tahun mendatang. Dengan rate SBN ritel yang lebih tinggi dibandingkan dengan konvensional dan tenor yang lebih pendek, penambahan SBN ritel mungkin tidak akan signifikan akan tetapi tetap menjadi pilihan menarik bagi investor.
Kesimpulan
Dari analisis ini, dapat disimpulkan bahwa penerbitan Sukuk Tabungan ST013 diharapkan akan berjalan baik dengan potensi imbal hasil yang menarik, meskipun ada beberapa faktor yang dapat mengimbangi daya tarik tersebut. Investor perlu memperhatikan faktor-faktor seperti suku bunga, kebijakan pajak, dan kondisi ekonomi yang lebih luas saat mempertimbangkan untuk melakukan investasi dalam SBN ritel ini.