Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Penghimpunan Dana di Pasar Modal Lesu: Apa Penyebabnya?

Penghimpunan Dana di Pasar Modal Lesu: Apa Penyebabnya?

by Budi Santoso at 13 Oct 2024 10:05

Dalam laporan terbaru oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pengumpulan dana di pasar modal Indonesia menunjukkan penurunan yang signifikan hingga kuartal III 2024. Hal ini tampak dari data yang menunjukkan bahwa jumlah aksi penghimpunan dana dan total dana yang terhimpun mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Ini tentunya menjadi perhatian bagi para investor dan pengamat pasar.

Data Penghimpunan Dana di Pasar Modal

Hingga September 2024, tercatat terdapat 138 aksi penghimpunan dana dengan total nilai mencapai Rp 137,05 triliun. Rincian dari aksi tersebut meliputi:

  • 27 Initial Public Offering (IPO)
  • 11 Penawaran Umum Terbatas (PUT)
  • 5 Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS)
  • 95 Penawaran Umum Bersama (PUB) EBUS

Sementara itu, pada tahun sebelumnya, September 2023 menunjukkan angka yang lebih tinggi, dengan 169 aksi penghimpunan dana dan total nilai mencapai Rp 190,02 triliun, yang terdiri dari:

  • 65 IPO
  • 19 PUT
  • 9 EBUS
  • 76 PUB EBUS

Tren Positif Meski Penurunan Terjadi

Meski angka tersebut mengalami penurunan, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menyatakan bahwa penghimpunan dana di pasar modal masih menunjukkan tren positif. Menurutnya, masih terdapat 127 pipeline penawaran umum dengan nilai indikatif sebesar Rp 53,80 triliun yang berpotensi memperbaiki situasi ini.

Penyebab Lesunya Penghimpunan Dana

Beberapa analis memperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan penurunan penghimpunan dana, terutama dalam pelaksanaan rights issue. Berikut adalah faktor-faktor tersebut:

  1. Kontra Risiko Makro-Ekonomi: Emiten saat ini lebih berhati-hati dalam melaksanakan rights issue, mengingat ketidakpastian politik di tengah transisi pemerintahan.
  2. Volatilitas Pasar: Tingkat volatilitas yang tinggi membuat risiko yang terkait dengan aksi penghimpunan dana menjadi lebih besar, membuat investor cenderung menghindari investasi dalam bentuk rights issue.
  3. Ekspektasi Penurunan Suku Bunga: Jika suku bunga acuan diharapkan turun, maka instrumen keuangan lain seperti pinjaman perbankan menjadi lebih menarik dibandingkan dengan melakukan rights issue.

Reza Fahmi Riawan, Senior Vice President & Head of Retail Henan Putihrai Asset Management, menegaskan bahwa sentimen penurunan suku bunga akan mengubah arah minat investor di pasar modal.

Likuiditas Pasar yang Menurun

Michael Tjandra, Investment Analyst di Syailendra Capital, juga menyoroti bahwa likuiditas di pasar cenderung menurun dibandingkan tahun lalu, dengan likuiditas yang tersedot ke obligasi dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang juga mempengaruhi keputusan investor.

Ketidakpastian makro ekonomi dapat membawa banyak risiko bagi para emiten, dan dalam keadaan bearish seperti ini, investor cenderung enggan berpartisipasi dalam aksi rights issue.

Pergeseran Strategis Emiten

Selain itu, Arjun Ajwani, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, berpendapat bahwa penurunan rights issue juga mencerminkan pergeseran strategi dalam kebutuhan emiten. Penghimpunan dana biasanya dilakukan untuk ekspansi atau melunasi utang, dan ketika kebutuhan ini berubah, hal ini dapat mengurangi indikasi rights issue.

Menanti Kebijakan dari Pemerintah

Pandangan yang lebih luas mengenai kondisi pasar juga mencakup faktor sikap wait and see di kalangan emiten. Vinko Satrio Pekerti dari Kiwoom Sekuritas Indonesia, mencatat bahwa banyak pelaku pasar menunggu kejelasan dari kebijakan pemerintahan baru sebelum mengambil langkah selanjutnya dalam menghimpun dana di pasar modal.

Kondisi makro ekonomi saat ini yang cenderung tertekan dengan indeks manufaktur di zona kontraksi meningkatkan kehati-hatian di kalangan manajemen perusahaan. Mereka menginginkan kebijakan yang transparan dan efektif agar dapat merealisasikan rencana ekspansi bisnis dengan optimal.

Prospek di Masa Depan

Di satu sisi, jika penurunan suku bunga terus berlanjut hingga tahun depan, hal ini bisa membuka lebih banyak opsi pendanaan yang lebih terjangkau. Obligasi korporasi, green bonds, atau sukuk berpotensi menjadi pilihan yang lebih menarik bagi investor di tengah meningkatnya permintaan untuk keberlanjutan.

Namun, jika transisi pemerintahan dapat berjalan dengan baik dan sesuai harapan pasar, maka kita mungkin akan melihat kebangkitan kembali minat terhadap penghimpunan dana melalui rights issue.

Kesimpulan

Situasi politik dan ekonomi yang stabil akan menjadi faktor penting dalam memulihkan gairah penghimpunan dana di pasar modal. Melihat potensi perubahan dalam kebijakan fiskal dari pemerintah baru, optimisme bisa kembali muncul di kalangan pelaku pasar.

Secara keseluruhan, perkembangan ini layak untuk dicermati oleh para investor dan dengan sikap yang proaktif, mereka dapat memanfaatkan peluang yang ada di pasar modal untuk mencapai tujuan investasi mereka.