Rayakan Akhir Pandemi dan Suku Bunga Tinggi, Royke Tumilaar Soroti Tantangan Baru
Jakarta - Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI, Royke Tumilaar, mengungkapkan bahwa meskipun pandemi COVID-19 dan era suku bunga tinggi telah berakhir, perekonomian global ke depan tetap akan dihadapkan pada situasi yang dikenal dengan istilah VUCA (volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity). Istilah ini merujuk pada kondisi dunia yang saat ini tengah dirasakan, di mana terjadi perubahan yang sangat cepat, sulit diprediksi, dan dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal yang kompleks.
“Walaupun pandemi dan era suku bunga tinggi telah berakhir, perekonomian global masih dihadapi dengan situasi VUCA. Hal ini menunjukkan tantangan-tantangan yang akan kita hadapi ke depan tidak sederhana dan membutuhkan pemikiran strategis,” ungkap Royke dalam acara BNI Investor Daily Summit yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), pada Selasa, 8 Oktober 2024.
Risiko Geopolitik dan Pertumbuhan Ekonomi Global
Royke juga memperkirakan bahwa risiko geopolitik di seluruh dunia masih tetap tinggi. Ia mencatat, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) memproyeksikan bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi global akan lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelum pandemi COVID-19. Ini menunjukkan bahwa meskipun kondisi pandemi membaik, tantangan besar dalam ekonomi global masih akan terus ada.
“Kita harus beradaptasi dengan berbagai perubahan besar, termasuk digitalisasi, perubahan iklim, serta tantangan untuk mencapai ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” tambah Royke. Faktor-faktor ini semakin menegaskan bahwa dunia bisnis harus siap untuk bertransformasi agar tetap relevan dan tangguh di tengah gejolak yang terjadi.
Fondasi Ekonomi Indonesia yang Kuat
Di tengah berbagai tantangan tersebut, Royke menegaskan bahwa Indonesia memiliki fondasi ekonomi yang cukup kuat. Stabilitas politik di Indonesia mendapatkan pengakuan baik dari dalam dan luar negeri. Meskipun pencapaian saat ini belum cukup untuk mencapai target Indonesia Emas 2045, optimisme tetap ada. Ia mencatat bahwa di tahun 2024, Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua di antara negara-negara G20 setelah India.
“Disiplin fiskal yang terjaga menunjukkan bahwa utang pemerintah relatif aman, yaitu hanya mencapai 39,4% dari PDB, yang lebih rendah dibandingkan rata-rata negara berkembang lainnya. Ini menjadi bukti bahwa kebijakan fiskal yang dilakukan efektif dalam menjaga stabilitas ekonomi,” Jelasnya.
Peluang dan Tantangan Jangka Menengah
Namun, Royke juga mencatat bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan struktural yang harus diatasi dalam jangka menengah. Di antara tantangan tersebut adalah perluasan penciptaan nilai tambah di sektor ekonomi berbasis kolektif, reformasi pendidikan yang menyeluruh, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
“Kita juga harus mengoptimalkan peran industri manufaktur dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Ini semua menjadi perhatian penting bagi kami di BNI,” tutur Royke lebih lanjut.
Peran BNI dalam Pertumbuhan Ekonomi
Bank Negara Indonesia (BNI) menyatakan komitmennya untuk proaktif memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi yang positif di tahun ini. Dalam acara BNI Investor Daily Summit 2024, Royke menjelaskan bahwa BNI akan mengoptimalkan peran dan kontribusinya di tengah isu-isu strategis yang dihadapi Indonesia saat ini.
“Kami ingin mendukung sejumlah program pemerintah dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, salah satunya melalui pendanaan yang tepat dan inisiatif-inisiatif yang mendukung inovasi,” ujar Royke. Dalam hal ini, BNI berkomitmen untuk tidak hanya sekedar beroperasi sebagai lembaga keuangan, tetapi juga menjadi mitra strategis bagi pelaku usaha dan pemerintah dalam menghadapi tantangan ke depan.
Kesimpulan
Sekalipun tantangan besar di depan masih menghantui perekonomian global dan domestik, optimisme yang ditunjukkan oleh BNI dan dirilis oleh Royke Tumilaar menciptakan harapan baru bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Dengan fondasi yang kuat ditambah komitmen untuk tetap fokus pada inovasi dan keberlanjutan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu perekonomian terkuat di dunia pada masa mendatang. Meskipun perjalanan masih panjang dan berbatu, kolaborasi antara sektor swasta dan publik diharapkan dapat meminimalkan risiko dan memaksimalkan peluang yang ada.