Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Prediksi Melesatnya Rupiah: Apa yang Harus Diketahui Investor?

Prediksi Melesatnya Rupiah: Apa yang Harus Diketahui Investor?

by Budi Santoso at 14 Oct 2024 11:48

JAKARTA. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, arah pergerakan rupiah menjadi perhatian khusus bagi para pelaku pasar. Dalam pekan ini, rupiah diprediksi masih berpotensi tertekan untuk jangka pendek. Hal ini disampaikan oleh Alwi Assegaf dari Research & Development Trijaya Pratama Futures, yang mencatat adanya rebound pada dolar Amerika Serikat (AS).

Alwi menjelaskan, meski terdapat tekanan pada rupiah, pelemahannya tampaknya akan cenderung terbatas. Hal ini disebabkan oleh prospek dolar AS yang berpotensi melemah dengan rencana pemangkasan suku bunga yang dilakukan oleh Federal Reserve (the Fed). "Untuk jangka pendek, resistance kemungkinan ada di kisaran Rp 15.800 per dolar AS," ujarnya.

Arah Suku Bunga yang Memengaruhi Rupiah

Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa jika arah suku bunga Federal Reserve semakin jelas, rupiah dapat kembali menguat dan diperkirakan akan bergerak dalam kisaran Rp 15.350 hingga Rp 15.500 per dolar AS pada akhir tahun 2024. Tantangan yang ada termasuk ketidakpastian akan pemangkasan suku bunga the Fed yang sebesar 50 basis poin (bps) pada FOMC November 2024 yang masih samar. Indeks dolar yang tetap kuat di kisaran 101 - 102 menjadi faktor penghambat bagi penguatan rupiah.

Ekonom Bank Danamon, Hosianna Evalia Situmorang, juga menyebutkan adanya peningkatan ketegangan antara Israel dan Iran, serta stimulus jumbo yang diluncurkan oleh pemerintah China, yang berpotensi mendorong aliran dana ke luar negeri dan berdampak negatif terhadap rupiah. Namun, jika the Fed mampu memangkas suku bunga dan ketegangan di Timur Tengah mereda, ada prospek positif bagi rupiah untuk kembali menguat.

Stimulus Fiskal China dan Dampaknya Terhadap Pasar

Pada Sabtu (12/10), pemerintah China mulai meluncurkan paket stimulus fiskal yang bertujuan untuk menghidupkan kembali ekonomi yang sedang lesu. Stimulus ini meliputi program pertukaran utang skala besar dan kuota obligasi berkelanjutan untuk membantu menyelesaikan masalah utang yang ada. Selain itu, langkah ini juga mencakup obligasi pemerintah daerah untuk mendukung pasar properti dan rekapitalisasi bank-bank besar milik negara.

Langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah China ini, menurut Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, berpotensi mendorong kenaikan sebagian besar mata uang Asia. Ia menyambut baik peningkatan data Jobless Claims yang signifikan, yang menunjukkan bahwa sentimen pasar cenderung mendominasi saat ini.

Peluang Penguatan Rupiah di Akhir Tahun 2024

Secara keseluruhan, Josua memperkirakan bahwa rupiah masih memiliki peluang untuk menguat dalam waktu dekat ini, terutama karena adanya dukungan dari data Produk Domestik Bruto (PDB) dan inflasi dari China. Ia memperkirakan bahwa dalam pekan ini, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 15.500 hingga Rp 15.625 per dolar AS.

Data-data tersebut menunjukkan bahwa ada harapan untuk penguatan rupiah tertahan pada mingguan mendatang, didukung oleh sentimen positif pasar dari tetangga kita, China. Namun, pelaku pasar tetap diimbau untuk waspada terhadap perkembangan internasional yang dapat berpengaruh terhadap kondisi ekonomi domestik.

Kesimpulan

Dalam jangka pendek, meski ada tekanan dari dolar AS, masih terdapat harapan bagi penguatan rupiah. Investor disarankan untuk mengikuti perkembangan suku bunga di AS dan kebijakan pemerintah China untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai prospek mata uang kita. Dengan kebijakan yang tepat dan situasi yang mendukung, bukan tidak mungkin rupiah dapat kembali ke jalur penguatan, meskipun tantangan tetap ada di depan.