Indonesia terus berupaya mengendalikan fluktuasi harga pangan yang dapat berdampak pada stabilitas ekonomi dan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah meluncurkan Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang akan menyasar tiga komoditas pangan pokok strategis pada tahun 2025.
Rapat Terbatas Menetapkan Target Baru
Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, mengungkapkan bahwa program SPHP yang diusulkan oleh Menko Pangan, telah disetujui oleh Presiden Prabowo Subianto dalam Rapat Terbatas (Ratas) yang berlangsung pada 30 Desember. Menurut Arief, program ini tidak hanya fokus pada beras, tetapi juga mencakup jagung pakan dan kedelai.
Eskalasi Program SPHP di 2025
Program SPHP yang direncanakan mengalami eskalasi ini bertujuan untuk meningkatkan produk pangan dalam negeri. Target saluran pangan yang ditetapkan mencakup pengiriman beras sebanyak 1,5 juta ton, jagung pakan 250 ribu ton, dan kedelai 100 ribu ton. Arief menjelaskan bahwa pasokan yang digunakan akan mengutamakan cadangan pangan pemerintah yang berasal dari panen dalam negeri.
Mengoptimalkan Proses Pascapanen
Dalam pelaksanaannya, BUMN pangan akan berperan aktif dalam menyerap panen dari petani, yang kemudian diolah menjadi Commodity Procurement Program (CPP) sebelum disebarkan ke berbagai lini pasar. Hal ini diharapkan dapat mendukung stabilitas pangan, terutama bagi peternak dan produsen yang membutuhkan.
Statistik dan Realisasi Tahun Sebelumnya
Dari program stabilisasi pasokan dan harga beras yang telah berjalan sejak 2022, terdapat pencapaian signifikan. Pada tahun lalu, sebesar 1,3 juta ton beras berhasil disalurkan. Di tahun 2023, realisasi penyaluran beras mencapai 1,196 juta ton, yang melampaui target yang ditetapkan. Sementara itu, hingga Desember 2024, penyaluran beras telah mencapai 1,399 juta ton, hanya sedikit di bawah target yang ditetapkan.
Menghadapi Dampak Inflasi
Penting untuk dicatat, setiap kenaikan harga beras sebesar 10 persen berpotensi mendorong inflasi hingga 0,34 persen. Maka dari itu, implementasi program intervensi seperti SPHP menjadi sangat vital dalam mencegah peningkatan inflasi yang lebih tinggi. Terhitung sejak November 2023, untuk mendukung kalangan peternak unggas, pemerintah telah melaksanakan program SPHP jagung dengan total penyaluran 303 ribu ton jagung pakan, dijual dengan harga terjangkau.
Inovasi Dalam Distribusi Kedelai
Program SPHP kedelai juga telah berjalan dengan baik, yang bertujuan menjembatani petani kedelai dengan pelaku usaha. Sebagai contoh, mereka mendistribusikan 10 ton kedelai dari petani di Pati ke berbagai koperasi dan pengrajin tempe di Jawa Barat. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mendukung usaha lokal dan meningkatkan akses bagi petani.
Tindak Lanjut dan Rencana Selanjutnya
Keberhasilan program SPHP ini akan menjadi indikator keberhasilan pemerintah dalam menjaga kestabilan pasokan pangan dan harga. Di masa mendatang, peningkatan produksi pangan akan terus menjadi prioritas, bersama dengan intervensi yang diperlukan untuk mendukung petani dan peternak di seluruh Indonesia.
Seiring dengan jadwal pelaksanaan yang sudah ditetapkan, diharapkan program SPHP dapat memberikan kontribusi positif bagi ketahanan pangan dan meminimalisir dampak inflasi yang merugikan masyarakat. Dengan dukungan semua pihak, termasuk BUMN pangan dan petani, program ini akan diharapkan bisa berjalan dengan sukses menuju tahun 2025.
Kesimpulan
Melalui pelaksanaan program stabilisasi ini, pemerintah menunjukkan keseriusannya dalam mewujudkan ketahanan pangan, serta merespons tantangan yang mungkin timbul akibat fluktuasi harga. Dengan strategi yang tepat, harapannya adalah terciptanya kondisi pangan yang lebih stabil dan berkelanjutan di Indonesia.