Industri unggas di Indonesia saat ini berada di ambang kebangkitan, dengan berbagai indikator yang menunjukkan bahwa emiten sektor poultry akan menikmati keuntungan di akhir tahun 2024. Beberapa faktor, seperti penurunan biaya pakan, telah menjadi pemicu utama yang mempengaruhi prospek positif ini.
Kondisi Pasar dan Harga DOC
Menurut Andreas Saragih, analis dari Mirae Asset Sekuritas, mulai September 2024, harga rata-rata bulanan Day Old Chick (DOC) dan ayam pedaging menunjukkan trend perbaikan setelah mengalami penurunan yang cukup signifikan. Sebagai contoh, harga DOC di Jawa Barat mengalami peningkatan sebesar 18,3% secara bulanan, menjadi Rp 4.864 per ekor. Meski demikian, harga ini masih 15,2% lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, harga ayam pedaging juga mengalami kenaikan 2,3% month-on-month (MoM) menjadi Rp 18.189 per kilogram, meskipun masih lebih rendah 7,9% year-on-year (YoY). Stabilitas harga ayam ini menurut Saragih didorong oleh adanya program bantuan sosial dari pemerintah yang membantu menjaga daya beli masyarakat dan pengurangan pasokan melalui mekanisme pemusnahan sukarela.
Biaya Pakan yang Turun
Analisis dari BRI Danareksa Sekuritas, Victor Stefano, dan Wilastita Muthia Sofi, juga menyoroti peluang keuntungan yang muncul akibat penurunan harga pakan. Dalam hal ini, harga jagung lokal dan SBM (Soybean Meal) tercatat turun secara signifikan. Pada kuartal III-2024, harga jagung lokal hanya mencapai Rp 4.867 per kilogram, turun dari Rp 5.789 per kilogram di tahun yang sama tahun lalu. Sementara harga SBM juga mengalami penurunan dari US$ 420 per ton menjadi US$ 334 per ton.
Dari data tersebut, terlihat bahwa meskipun harga ayam dan DOC di sektor unggas masing-masing juga mengalami penurunan sebesar 10% dan 23%, pengurangan biaya pakan yang mencapai 21% untuk jagung dan 2% untuk SBM kemungkinan besar akan mendukung peningkatan laba bersih para emiten.
Dukungan Program Pemerintah
Nafan Aji Gusta, Senior Market Chartist di Mirae Asset Sekuritas, menambahkan bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diprakarsai oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto kali ini diproyeksikan menjadi katalis positif bagi sektor poultry pada kuartal IV-2024. Dengan anggaran mencapai Rp 70 triliun, program ini diharapkan dapat meningkatkan permintaan unggas secara signifikan, terutama menjelang bulan-bulan liburan seperti Natal dan Tahun Baru.
Rekomendasi Saham Sektor Unggas
Sejalan dengan proyeksi positif ini, Nafan merekomendasikan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) sebagai top pick di sektor ini dengan rekomendasi beli dan target harga Rp 5.200 per saham. Sementara itu, BRI Danareksa juga optimis dengan potensi kenaikan laba emiten unggas, memberikan rekomendasi 'Overweight' untuk sektor ini dengan CPIN sebagai pilihan utama.
Meskipun Andreas Saragih saat ini masih mempertahankan peringkat netral untuk sektor unggas, dia melihat adanya peluang untuk meningkatkan peringkat menjadi 'Overweight' jika trend peningkatan harga DOC dan broiler terus berlanjut. Saragih memberikan rekomendasi untuk CPIN dengan target harga Rp 5.825 per saham, mendukung pemain industri besar yang terbukti memiliki ketahanan terhadap fluktuasi harga.
Andreas juga menyoroti bahwa PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dapat menjadi alternatif menarik dengan menaikkan peringkat sahamnya menjadi 'Trading Buy' dengan target harga Rp 1.740 per saham. Dengan demikian, prospek emiten unggas di Indonesia menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang kuat, didorong oleh faktor biaya pakan yang menurun, program pemerintah yang mendukung, serta permintaan yang diinduksi oleh musim liburan mendatang.