Di paruh kedua 2024, pasar komoditas mengalami stabilitas yang menarik perhatian para investor dan pelaku bisnis. Dari harga emas hingga Crude Palm Oil (CPO), semua mengalami kondisi yang relatif stabil. Dalam pemantauan para analis, tampaknya prospek komoditas ini masih akan menjanjikan hingga akhir tahun 2024, meskipun terdapat beberapa faktor eksternal yang bisa memengaruhi harga.
Sentimen Positif di Pasar Batu Bara
Dalam segmen batu bara, Sukarno Alatas, Kepala Riset Kiwoom Sekuritas, menyampaikan bahwa potensi kenaikan harga batu bara sedang didorong oleh beberapa faktor. Salah satu yang utama adalah terganggunya suplai akibat faktor cuaca yang tidak menentu. Dengan meningkatnya permintaan dari stimulus ekonomi China, pasar batu bara diprediksi akan tetap hangat.
"Kenaikan harga gas di tengah meningkatnya ketegangan konflik di Timur Tengah juga berkontribusi terhadap harga batu bara," bebernya. Sukarno menyebutkan bahwa harga batu bara berpotensi bertahan di atas US$150 per barel dan merekomendasikan beberapa saham pilihan untuk investor, termasuk ADRO, ITMG, HRUM, BUMI, dan PTBA.
Namun, ia mengingatkan investor untuk selalu memperhatikan sinyal-sinyal teknis yang mungkin muncul ke depan, serta mengatur risiko jika harga komoditas mulai mengalami penurunan setelah stimulus dari China.
Kinerja Positif CPO Menjelang Akhir Tahun
Dari sisi CPO, Abdul Azis Setyo Wibowo, analis Kiwoom Sekuritas, mengatakan bahwa untuk kuartal III/2024 ini, kinerja emiten CPO masih berpotensi tumbuh. Potensi kenaikan ini diperkirakan akan berlangsung hingga kuartal IV berkat momentum Diwali yang dapat meningkatkan permintaan CPO.
"Di samping itu, kebijakan B40 (penggunaan biodiesel 40%) diharapkan dapat mendongkrak permintaan dalam negeri," ujarnya. Ia merekomendasikan trading buy untuk saham LSIP dengan target harga Rp1.110.
Prospek Nikel Global
Dalam sektor nikel, Miftahul Khaer dari Kiwoom Sekuritas melaporkan bahwa harga nikel global mengalami lonjakan mencapai US$18.010 per ton, yang merupakan level tertinggi dalam lebih dari tiga bulan terakhir. Hal ini didorong oleh stimulus ekonomi yang agresif dari China serta prospek permintaan yang meningkat.
Namun, Miftahul memprediksi harga nikel hingga akhir tahun masih akan berada di kisaran US$17.000 hingga US$17.220 per ton. Menurutnya, harga tersebut lebih rendah dibandingkan puncaknya saat ini, yang dipengaruhi oleh kondisi over supply di pasar global.
Peluang Emas di Tengah Tensi Geopolitik
Sementara itu, komoditas emas tetap menunjukkan potensi pertumbuhan hingga akhir tahun. Tensi geopolitik, terutama yang berkaitan dengan Timur Tengah, memberikan dorongan bagi investor untuk mencari aset safe haven seperti emas. Fleksibilitas harga emas dalam menghadapi situasi global yang tidak menentu ini menjadi salah satu faktor menarik bagi investor.
Kesimpulan dan Rekomendasi Investor
Dengan berbagai dinamika yang terjadi di pasar komoditas, menarik untuk mencermati perkembangan yang ada. Para investor dianjurkan untuk menjaga portofolio mereka tetap fleksibel, baik dalam saham batu bara, CPO, maupun nikel. Memahami pergerakan pasar dan berlatar belakang informasi yang tepat akan membantu mereka mengambil keputusan yang lebih baik.
Disclaimer: Artikel ini tidak bertujuan mengajak untuk membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi individu.