Nilai tukar rupiah diproyeksi akan melanjutkan tren pelemahan pada perdagangan hari ini, 29 Oktober 2024. Pada penutupan Senin, 28 Oktober, rupiah spot tercatat melemah 0,49% ke posisi Rp 15.724 per dolar AS, sementara rupiah Jisdor juga melemah sekitar 0,50% di level Rp 15.729 per dolar AS.
Sentimen Peluang Pelemahan Rupiah
Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap pelemahan rupiah adalah meningkatnya ketegangan geopolitik, terutama konflik yang semakin memanas di Timur Tengah. Penguatan dolar AS juga menjadi salah satu pendorong utama, membuat investor lebih memilih aset-aset yang dianggap lebih aman.
Menurut Nanang Wahyudin, seorang analis di Valbury Asia Futures, tekanan dari pasar global telah memicu aksi jual di pasar Surat Utang Negara (SUN) dan menurunkan nilai tukar rupiah hingga ke level terendah dalam dua bulan terakhir. Ketidakpastian mengenai langkah kebijakan fiskal dan moneter pemerintah baru serta situasi global yang tidak menentu membuat investor cenderung enggan untuk berinvestasi pada aset-aset berisiko, termasuk mata uang emerging market.
Data Ekonomi Menentukan Arah Pasar
Aksi penghindaran dari aset berisiko juga didorong oleh kabar mengenai serangan udara Israel terhadap Iran. Hal ini mengakibatkan meningkatnya kecemasan pasar terhadap kemungkinan terjadinya serangan balasan serta dampak lanjutan terhadap stabilitas di kawasan tersebut. Banyak pelaku pasar yang memilih untuk menukarkan rupiah dengan dolar AS, sebagai bentuk perlindungan terhadap volatilitas.
Di sisi lain, pelaku pasar juga sedang bersiap-siap menghadapi serangkaian data ekonomi penting dari AS yang direncanakan untuk dirilis dalam waktu dekat. Data ketenagakerjaan seperti JOLTS, ADP Employment Change, dan Non-Farm Payroll (NFP) sangat penting untuk dipantau, karena dapat memberikan gambaran tentang arah kebijakan The Fed.
Potensi Level Dukungan dan Resisten Rupiah
Secara teknikal, analisis menunjukkan bahwa rupiah kini berhadapan dengan level resisten di Rp 15.700. Jika level tersebut berhasil ditembus, terdapat kemungkinan lanjut ke Rp 15.820. Untuk hari ini, Nanang memproyeksi rupiah masih akan bergerak di kisaran Rp 15.680 – Rp 15.800 per dolar AS.
Pentingnya PMI Manufaktur dan Inflasi
Menjelang akhir pekan ini, pasar juga akan mengamati rilis data PMI Manufaktur Indonesia untuk bulan Oktober. Data ini penting sebagai barometer kondisi aktivitas manufaktur di tanah air, mengingat PMI untuk bulan September berada di angka 49,2, menandakan penurunan aktivitas selama tiga bulan berturut-turut.
Di samping itu, Badan Pusat Statistik (BPS) juga dijadwalkan untuk merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk periode Oktober. Angka inflasi Indonesia untuk bulan September tercatat tumbuh 1,84% year-on-year (yoy), terendah sejak November 2021 dan tetap dalam rentang target bank sentral antara 1,5% hingga 3,5% untuk periode 2024.
Kesimpulan
Dengan memperhatikan berbagai faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi nilai tukar rupiah, Nanang berpandangan bahwa prospek pergerakan rupiah ke depan masih akan sulit membalikkan keadaan, mengingat ketidakpastian di pasar global, termasuk di Timur Tengah dan data-data ekonomi yang dapat mempengaruhi kebijakan moneternya. Investor yang berencana untuk berinvestasi di aset lokal disarankan untuk tetap berhati-hati dan memperhatikan perkembangan terbaru di pasar.