BISNIS.COM, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir pekan hari ini, Jumat (11/10/2024), diprediksi akan mengalami fluktuasi dan ditutup melemah dalam rentang Rp15.640 hingga Rp15.730. Hal ini dipicu oleh rencana kementerian keuangan China yang akan meluncurkan paket stimulus fiskal dalam waktu dekat.
Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah
Pada perdagangan Kamis (10/10), rupiah ditutup melemah 0,31% ke level Rp15.677,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,02% ke angka 102,94. Menurut Valdy Kurniawan, Head of Research Phintraco Sekuritas, rupiah masih akan sulit untuk bergerak di bawah level Rp15.500 per dolar AS. Sentimen yang berpengaruh ini terkait dengan kebijakan fiskal yang direncanakan oleh pemerintah Tiongkok.
Paket Stimulus Fiskal China
Kementerian Keuangan China dilaporkan sedang mempersiapkan paket stimulus fiskal yang diperkirakan mencapai 1-2 triliun yuan. Harapan akan adanya stimulus ini menjadi bagian penting dalam penggerak pasar yang membuat investor memantau pergerakan nilai tukar dengan lebih seksama.
Risiko dari Komoditas Energi
Sektor energi juga menjadi perhatian utama. Peningkatan konflik geopolitik di Timur Tengah dapat berdampak pada lonjakan harga komoditas energi, terutama minyak. Jika eskalasi konflik yang terjadi berlangsung lebih parah, hal ini akan menjadi tantangan bagi bank-bank sentral yang berharap untuk mempertahankan tren penurunan inflasi.
Analisis dari Ibrahim Assuaibi
Sebelumnya, Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, juga menyampaikan bahwa mata uang rupiah akan mengalami volatilitas, dengan kemungkinan ditutup pada rentang yang sama yaitu Rp15.640 hingga Rp15.730 per dolar AS. Hal ini sejalan dengan analisis Valdy mengenai minat pasar yang terbagi antara faktor domestik dan eksternal.
Sentimen dari Luar Negeri dan Data Ketenagakerjaan AS
Dari sisi luar negeri, data ketenagakerjaan AS yang menunjukkan angka positif memberikan dorongan bagi penguatan dolar AS. Kenyataan ini mengakibatkan pelaku pasar meredam harapan mereka terhadap penurunan skala suku bunga yang diharapkan dapat terjadi. Namun, pada saat yang sama, terdapat 85% kemungkinan penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, seperti yang diperhitungkan melalui CME FedWatch. Sementara kemungkinan The Fed akan mempertahankan suku bunga saat ini cukup kecil.
Perhatian Investor terhadap IHK AS
Laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) AS yang dijadwalkan rilis pada hari ini menjadi sorotan utama investor dalam sepekan ini. Data ini diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi inflasi dan dampaknya terhadap kebijakan moneter yang diambil oleh The Fed.
Sentimen Domestik dari Survei Konsumen BI
Di dalam negeri, terdapat optimisme berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) per September 2024 yang menunjukkan bahwa keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi tetap stabil. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) per September 2024 tercatat pada level optimis, yakni sebesar 123,5. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat tantangan baik dari dalam maupun luar negeri, masyarakat tetap memiliki harapan positif terhadap perekonomian Indonesia ke depan.
Menyikapi Ketidakpastian Ekonomi
Dengan segala dinamika yang mengelilingi nilai tukar rupiah saat ini, penting bagi para investor dan pelaku pasar untuk terus mengikuti perkembangan terkini, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Fluktuasi nilai tukar rupiah yang dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi global menuntut para pelaku pasar untuk bersikap sigap dan waspada.
Memasuki minggu depan, pelaku pasar diharapkan bisa mengambil langkah yang bijak berdasarkan informasi terkini yang ada. Pengetatan kebijakan fiskal di satu sisi dan harapan akan stimulus di sisi lain menggambarkan situasi yang bisa menjadi kedua sisi mata uang dalam lanskap global yang semakin tidak pasti.