Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Rupiah Melemah, Apa Penyebabnya dan Bagaimana Nasib Selanjutnya?

Rupiah Melemah, Apa Penyebabnya dan Bagaimana Nasib Selanjutnya?

by Dika Saputra at 11 Oct 2024 04:55

Kurs Rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan Kamis (10/10). Pelemahan mata uang garuda ini terjadi seiring dengan antisipasi investor terhadap data inflasi AS yang diperkirakan akan diumumkan malam harinya.

Penguatan Dolar AS di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah pada hari itu dipengaruhi oleh penguatan dolar AS. Indeks dolar bertahan di kisaran 102,9, yang merupakan level tertinggi dalam hampir dua bulan terakhir. "Dolar mempertahankan kenaikan terhadap sebagian besar mata uang utama," kata Sutopo kepada Kontan.co.id.

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pergerakan ini adalah laporan indeks harga konsumen bulan September di AS yang dinantikan oleh para investor. Laporan tersebut berdampak pada keputusan suku bunga Federal Reserve yang dijadwalkan dirilis pada hari yang sama.

Antisipasi Data Inflasi AS

Pengamat mata uang dan komoditas, Lukman Leong, mencatat bahwa pelemahan rupiah pada hari itu konsisten dengan pergerakan mata uang di kawasan. Investor sangat berhati-hati menjelang rilis data inflasi yang mungkin lebih tinggi dari perkiraan. "Data inflasi AS dikhawatirkan akan lebih tinggi dari perkiraan, mengikuti kejutan pada beberapa data ekonomi AS sebelumnya," ulas Lukman.

Dengan demikian, kondisi ini membuat para pelaku pasar cenderung memilih dolar AS sebagai instrumen investasi yang lebih aman. Namun, Lukman juga menyebutkan bahwa penguatan dolar sudah diperhitungkan atau "priced-in" oleh pasar. Jika tidak ada kejutan dari data inflasi, rupiah berpotensi untuk rebound.

Perkembangan Situasi di Timur Tengah

Ketegangan yang terjadi di Timur Tengah juga menjadi perhatian para investor. Jika situasi di sana memanas, hal itu dapat kembali menekan mata uang yang dianggap berisiko, termasuk rupiah. Menurut Sutopo, potensi penguatan rupiah bisa terjadi jika inflasi Amerika menunjukkan angka yang lebih lunak, namun harus diingat bahwa penguatan tersebut masih terbatasi oleh data indeks harga produsen AS yang juga dapat berpengaruh terhadap nilai tukar.

Pengaruh Kebijakan Suku Bunga The Fed

Notulen rapat The Fed bulan September menunjukkan adanya perbedaan pendapat di antara para pembuat kebijakan mengenai seberapa agresif pemangkasan suku bunga seharusnya dilakukan. Akhirnya, mereka sepakat untuk memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin sebagai langkah untuk menyeimbangkan penargetan inflasi dengan risiko pasar tenaga kerja yang meningkat. Namun, setelah laporan pekerjaan AS yang kuat diumumkan minggu lalu, ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga yang agresif berkurang.

Pasar kini memperkirakan sekitar 83% kemungkinan The Fed akan memberikan pemangkasan suku bunga yang lebih rendah sebesar 25 basis poin pada bulan November, sementara kemungkinan pemangkasan setengah poin persentase lebih lanjut semakin mengecil. Kondisi ini tentunya akan berpengaruh terhadap pasar valuta asing dan nilai tukar rupiah.

Proyeksi Nilai Tukar Rupiah

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang ada, Sutopo memperkirakan nilai tukar rupiah akan diperdagangkan pada level Rp 15.650 hingga Rp 15.750 per dolar AS di perdagangan Jumat (11/10). Sementara itu, Lukman memberikan proyeksi yang sedikit berbeda, yaitu rupiah akan berada di rentang Rp 15.600 hingga Rp 15.725 per dolar AS.

Data Terbaru dari Pasar Valuta

JenisNilai TukarPerubahan
Rupiah SpotRp 15.678 per dolar AS-0,31%
Rupiah Jisdor BIRp 15.658 per dolar AS-0,33%

Mengutip Bloomberg pada Kamis (10/10), rupiah spot diperdagangkan di level Rp 15.678 per dolar AS, mengalami pelemahan sebesar 0,31% dari hari sebelumnya. Sementara itu, rupiah Jisdor Bank Indonesia terpantau melemah sekitar 0,33% dari sehari sebelumnya ke level Rp 15.658 per dolar AS.

Kesimpulan

Pelemahan rupiah pada perdagangan Kamis (10/10) menegaskan betapa pentingnya data inflasi dan kebijakan moneter AS terhadap nilai tukar mata uang. Investor diharapkan tetap waspada dan siaga terhadap potensi pergerakan yang mungkin terjadi, baik dari data ekonomi di AS maupun dari dinamika di pasar global.