Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Rupiah Melemah Lagi, Apa yang Terjadi di Pasar Global?

Rupiah Melemah Lagi, Apa yang Terjadi di Pasar Global?

by Citra Maharani at 14 Oct 2024 09:33

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali membuka perdagangan dengan melemah pada Senin, 14 Oktober 2024. Data menunjukkan bahwa rupiah menyentuh level Rp15.610 per dolar AS, mengalami penurunan 0,21% atau terdepresiasi sekitar 32,5 poin dibandingkan penutupan sebelumnya. Penurunan ini diikuti oleh beberapa mata uang lain di kawasan Asia Pasifik yang juga mengalami pelemahan.

Pergerakan Mata Uang Asia Pasifik

Berdasarkan informasi dari Bloomberg, saat dibuka, tidak hanya rupiah yang menunjukkan tanda-tanda melemah. Yen Jepang tercatat turun 0,07%, dolar Hong Kong melemah 0,02%, won Korea Selatan jatuh 0,59%, serta yuan China yang juga merosot 0,17%. Selain itu, nilai tukar rupee India turun 0,11%, ringgit Malaysia melemah 0,13%, peso Filipina turun 0,12%, dan baht Thailand menyusut sebesar 0,45%. Hal ini menunjukkan bahwa tren melemah terhadap dolar AS tidak hanya dialami oleh rupiah, tetapi juga oleh beberapa mata uang utama di Asia.

Stimulus Ekonomi China dan Dampaknya

Ketidakpastian di pasar valuta asing juga diperburuk dengan pernyataan Menteri Keuangan China, Lan Foan, mengenai stimulus ekonomi yang dijanjikan. Selama konferensi pers, ia menjelaskan bahwa pemerintah akan secara signifikan meningkatkan utang, tetapi pemaparan rinci mengenai besaran stimulus masih minim, meninggalkan banyak investor dalam keadaan bingung. Menurut analis dari Morgan Stanley, banyak investor yang menduga bahwa keputusan Beijing untuk melakukan restrukturisasi utang pemerintah daerah dan perumahan menggunakan dana pemerintah pusat bisa lebih signifikan daripada yang diperkirakan oleh investor asing.

Bergerak di Antara Harapan dan Ketidakpastian

Di tengah ketidakpastian ini, pergerakan dolar AS mendapatkan dukungan dari berkurangnya ekspektasi mengenai pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada bulan depan. Para trader kini telah mengeliminasi proyeksi pemotongan suku bunga sebesar 50 basis points dalam rapat bulan November. Penghapusan ini menyusul data yang menunjukkan bahwa indeks harga konsumen (CPI) naik sedikit lebih tinggi dari yang diperkirakan pada bulan September. Data ekonomi terbaru juga menonjolkan kekuatan pasar tenaga kerja, yang membuat investor lebih optimistis terhadap prospek ekonomi AS ke depan.

Dampak dari Kebijakan The Fed

Keputusan terkait suku bunga The Fed sangat berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar dan iklim investasi baik di AS maupun global. Dengan tidak adanya pemotongan suku bunga yang diperkirakan, dolar AS diperkirakan akan tetap kuat, memberikan tekanan tambahan terhadap mata uang lain, termasuk rupiah. Ini bisa berimplikasi pada biaya impor yang lebih tinggi dan mendorong inflasi domestik.

Peluang Investasi di Tengah Ketidakpastian

Meski ada tantangan dan ketidakpastian yang terjadi di pasar, bagi investor yang cermat, ini dapat menjadi peluang untuk melakukan diversifikasi portofolio. Beberapa sektor dapat tetap menjanjikan di tengah situasi ini, seperti sektor teknologi dan energi terbarukan yang sedang tren. Investasi dalam instrumen yang terproteksi dari inflasi atau aset yang berpotensi memberikan imbal hasil tinggi juga layak dipertimbangkan. Politikan investasi yang templatif di masa ketidakpastian bisa menjadi langkah cerdas untuk menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi.

Kesimpulan

Dalam situasi pasar yang bergejolak ini, penting bagi semua pelaku pasar untuk tetap waspada dan melakukan analisis yang mendalam sebelum mengambil keputusan investasi. Nilai tukar rupiah yang melemah di tengah penguatan dolar AS menunjukkan betapa dinamisnya pasar keuangan saat ini. Meskipun ada harapan atas stimuli yang dijanjikan oleh China, ketidakpastian tetap membayangi pasar global, termasuk Indonesia.