Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Rupiah Melemah, Namun Ada Harapan Penguatan di Akhir Tahun

Rupiah Melemah, Namun Ada Harapan Penguatan di Akhir Tahun

by Fitri Wulandari at 17 Oct 2024 06:54

JAKARTA. Rupiah mengalami pelemahan sepanjang bulan Oktober 2024, tertekan oleh berbagai faktor eksternal yang mempengaruhi pasar global. Meskipun demikian, ada harapan bagi pemulihan nilai tukar rupiah seiring dengan sentimen positif dari faktor ekonomi domestik serta ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (the Fed).

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menekankan bahwa pelemahan rupiah tidak sepenuhnya disebabkan oleh sentimen eksternal saja. Meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah, misalnya, turut mempengaruhi stabilitas nilai tukar mata uang Indonesia ini. Dalam analisisnya, Josua menjelaskan bahwa setelah terjadi peningkatan ketegangan di kawasan tersebut, rupiah mengalami penurunan sebagai akibat dari penguatan dolar AS, yang tercermin dari data tenaga kerja Amerika Serikat yang cenderung membaik.

Lebih jauh lagi, keputusan pemerintah China untuk meluncurkan stimulus ekonomi juga berpotensi menarik aliran dana asing kembali ke negara tersebut, yang pada gilirannya berimpact pada pasar global. Hal ini berkontribusi pada melemahnya rupiah, yang tercatat telah melemah 2,4% sementara dolar AS menguat sekitar 2,5% sepanjang bulan Oktober ini.

Membandingkan Dengan Negara Asia Lainnya

Walaupun rupiah melemah dalam periode ini, kinerja rupiah masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang beberapa negara Asia lainnya. Sebagai contoh, Ringgit Malaysia mengalami pelemahan 4%, sedangkan Won Korea Selatan, Baht Thailand, dan Peso Filipina juga mengalami penurunan signifikan di atas 3%.

“Hal ini menunjukkan bahwa ada banyak faktor yang berkontribusi, tetapi secara fundamental ekonomi Indonesia masih memiliki kekuatan yang positif,” ujar Josua. Sentimen positif ini tercermin dari aliran dana asing yang tetap masuk ke pasar Indonesia, meskipun ada beberapa pergeseran. Selama bulan Oktober, terpantau bahwa aliran dana asing keluar dari pasar saham, tetapi pasar obligasi berhasil mencatat inflow yang lebih tinggi.

Investor Menerapkan Strategi Wait and See

Josua mencermati bahwa salah satu penyebab pelemahan rupiah adalah sikap investor yang menerapkan strategi 'wait and see' terhadap kondisi ekonomi global. Meski demikian, faktanya menunjukkan bahwa tidak semua stimulus yang diberikan oleh China serta ketegangan geopolitik memicu capital flight yang signifikan dari Indonesia.

Proyeksi ke depan, ekonomi China yang membaik dapat memberikan dampak positif bagi Indonesia, mengingat hubungan dagang yang kuat antara kedua negara. Josua optimis bahwa peluang pemulihan rupiah tetap ada, terlebih dengan adanya prediksi pemangkasan suku bunga the Fed yang dapat memberikan dorongan bagi nilai tukar rupiah.

Proyeksi Akhir Tahun 2024

Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa menurut Fedwatch Tool, terdapat probabilitas tinggi yang mencapai lebih dari 80% untuk pemangkasan suku bunga oleh the Fed di bulan November dan Desember 2024, masing-masing sebesar 25 basis poin. Hal ini diantisipasi akan memberikan pengaruh positif terhadap mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Josua memperkirakan bahwa pada akhir tahun 2024, rupiah berpotensi berada dalam rentang antara Rp 15.300 hingga Rp 15.500 per dolar AS. Optimisme ini didasarkan pada kedinamisan ekonomi global serta ketidakpastian yang dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk menunjukkan daya saing dan kestabilan ekonomi yang lebih baik.

Kesimpulan

Pelemahan rupiah di bulan Oktober 2024 menghadapi banyak gejolak baik dari dalam maupun luar negeri. Meskipun tantangan yang ada cukup besar, terdapat ruang bagi harapan dan optimisme untuk pemulihan nilai tukar rupiah. Proyeksi positif yang disampaikan oleh para ekonom menunjukkan bahwa pemangkasan suku bunga oleh the Fed dan perbaikan ekonomi China dapat membantu menguatkan kembali posisi rupiah di akhir tahun ini.