Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Rupiah Menguat, Suku Bunga AS dan China jadi Sorotan

Rupiah Menguat, Suku Bunga AS dan China jadi Sorotan

by Joko Susanto at 18 Oct 2024 07:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terpantau semakin menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seiring dengan prospek penurunan suku bunga dan penantian kabar ekonomi China. Data Refinitiv menunjukkan, mata uang Garuda berhasil menguat 0,1% sepanjang hari dan ditutup pada level Rp15.490/US$ pada Kamis (17/10/2024).

Pengaruh Suku Bunga terhadap Rupiah

Kabar penurunan suku bunga datang lagi dari Bank Sentral Eropa (ECB) pada hari Kamis untuk ketiga kalinya tahun ini. Mereka menyatakan bahwa inflasi di zona euro semakin terkendali meskipun prospek ekonomi blok tersebut semakin memburuk. Pemotongan suku bunga berturut-turut untuk pertama kalinya dalam 13 tahun ini menandai pergeseran fokus ECB dari upaya menurunkan inflasi ke perlindungan pertumbuhan ekonomi, yang tertinggal jauh di belakang AS selama dua tahun terakhir.

Data Ketenagakerjaan AS

Beralih ke AS, pergerakan pasar pada hari ini, Jumat (18/10/2024) akan dipengaruhi oleh data ketenagakerjaan yang rilis semalam. Klaim pengangguran di negeri Paman Sam tercatat turun sebanyak 19.000 pada pekan yang berakhir 12 Oktober, menandai penurunan terbesar dalam tiga bulan setelah mencapai puncak tertinggi dalam 14 bulan pada pekan sebelumnya. Total klaim turun menjadi 241.000, jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 260.000. Penurunan ini terjadi setelah lonjakan klaim pada pekan sebelumnya, yang sebagian besar disebabkan oleh gangguan akibat Badai Helene dan Milton.

Meskipun terjadi penurunan, klaim tetap jauh lebih tinggi dari rata-rata yang terlihat awal tahun ini, mencerminkan pelemahan pasar tenaga kerja AS sejak mencapai puncaknya pasca pandemi. Pelemahan pasar tenaga kerja setidaknya akan membuka peluang The Fed untuk kembali memangkas suku bunga lagi, meskipun tidak akan se-agresif September lalu lantaran penambahan lapangan kerja sempat meningkat pada laporan awal bulan ini.

Dalam dokumen Summary Economic Projections (SEP), masih ada peluang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga acuannya dengan total 50 basis poin (bps) hingga Desember 2024 nanti.

Proyeksi Ekonomi China

Kemudian, para pelaku pasar juga akan mencermati China yang akan merilis pertumbuhannya untuk kuartal III-2024 pada hari ini. Produk domestik bruto (PDB) diperkirakan naik 4,5% pada kuartal ketiga dari tahun sebelumnya, melambat dari 4,7% pada kuartal kedua dan mencapai yang terlemah sejak kuartal pertama 2023, menurut jajak pendapat yang dilakukan antara 27 September dan 15 Oktober. Sebelumnya pada kuartal II-2024 tercatat bahwa ekonominya tumbuh 4,7% year on year/yoy. Ini adalah peningkatan tahunan terlemah sejak kuartal I-2023, di tengah penurunan sektor properti yang berkepanjangan, permintaan domestik yang lemah, melemahnya yuan, dan ketegangan perdagangan dengan Barat.

Analisa Pergerakan Rupiah

Dalam konteks teknikal, pergerakan rupiah dalam melawan dolar AS menggunakan basis waktu per jam, terpantau dalam tren penguatan setelah berhasil menutup gap yang terjadi pada 7 Oktober 2024 lalu. Jika tren penguatan berlanjut, posisi selanjutnya yang potensi diuji berada di Rp15.435/US$ sebagai support yang bertepatan dengan gap up yang sempat terjadi pada 4 Oktober 2024.

Sementara itu, untuk mengantisipasi adanya pembalikan arah melemah, bisa dicermati resistance terdekat di Rp15.540/US$ yang bertepatan dengan garis rata-rata selama 100 jam atau Moving Average/MA 100.

Tanggal Kurs Penutupan Pergerakan
17 Oktober 2024 Rp15.490/US$ +0,1%

Kesimpulan

Secara keseluruhan, penguatan rupiah dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga yang diambil oleh bank sentral di Eropa dan data ketenagakerjaan yang baik dari AS. Pelaku pasar menunggu data ekonomi dari China yang diharapkan dapat memberikan lebih banyak informasi mengenai arah pergerakan selanjutnya. Akan selalu ada ketidakpastian, namun pasar akan terus mengamati setiap perkembangan dengan seksama.