Kondisi perekonomian global yang tidak menentu terus mempengaruhi nilai tukar mata uang di seluruh dunia, termasuk rupiah. Pada perdagangan Rabu (16/10), nilai tukar rupiah berhasil ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini dipicu oleh keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuannya di tengah situasi geopolitik yang masih memanas.
Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
Mengutip data dari Bloomberg, rupiah spot tercatat menguat sekitar 0,50% menjadi Rp 15.510 per dolar AS dibandingkan dengan posisi pada hari sebelumnya. Di sisi lain, kurs rupiah Jisdor juga mengalami penguatan sebesar 0,12%, mencapai level Rp 15.536 per dolar AS.
Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Lukman Leong menjelaskan bahwa penguatan nilai tukar rupiah hari ini sangat dipengaruhi oleh hasil rapat dewan gubernur Bank Indonesia. “Stabilitas nilai tukar rupiah masih akan menjadi prioritas Bank Indonesia dalam jangka pendek ini. Hasil RDG BI direspons positif oleh para investor,” tambah Lukman.
Keputusan Bank Indonesia
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Oktober 2024, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) pada level 6%. Selain itu, suku bunga deposit facility juga tetap di level 5,25%, dan lending facility di level 6,75%. Keputusan ini sesuai dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan tidak adanya perubahan besar dalam kebijakan moneter saat ini.
Pengaruh Geopolitik dan Ekonomi Global
Walaupun situasi saat ini menunjukkan penguatan rupiah, Lukman mengingatkan bahwa tantangan masih ada. Beliau mencatat bahwa penguatan rupiah mungkin sulit berlanjut akibat konflik yang terus memanas di Timur Tengah, yang membuat posisi dolar AS tetap kuat. Selain itu, pasar juga sedang menantikan data ekonomi penting dari AS mengenai penjualan ritel yang akan dirilis pada Kamis (17/10) malam.
“Sulit bagi rupiah untuk melanjutkan penguatan besok, sehingga berpotensi terkoreksi,” ujar Lukman.
Kondisi Global yang Berubah
Situasi global juga berkontribusi pada perubahan nilai tukar rupiah. Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, menyebutkan bahwa meski Israel tidak akan menyerang situs nuklir dan minyak Iran, kekhawatiran akan eskalasi konflik antara Israel dan kelompok militan Hizbullah masih menghantui para investor.
Data ekonomi AS menunjukkan pertumbuhan yang solid, dan inflasi bulan September yang sedikit lebih tinggi dari yang diharapkan mengakibatkan sejumlah trader memangkas taruhan terhadap pemangkasan suku bunga The Fed untuk pertemuan mendatang.
Tiongkok Berupaya Merangsang Ekonomi
Di sisi lain, kondisi perekonomian Tiongkok juga menarik perhatian, di mana negara tersebut berencana untuk mengumpulkan tambahan 6 triliun yuan, setara dengan US$ 850 miliar dari penerbitan obligasi khusus selama tiga tahun. Langkah ini diharapkan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi negara tersebut yang sedang lesu.
Proyeksi Nilai Tukar Rupiah ke Depan
Berdasarkan analisis dari Ibrahim, rupiah diperkirakan akan fluktuatif namun diharapkan ditutup menguat di rentang Rp 15.410 hingga Rp 15.530 per dolar AS pada perdagangan Kamis (17/10). Sementara itu, Lukman memproyeksi bahwa rupiah mungkin akan tertekan di area Rp 15.475 hingga Rp 15.600 per dolar AS.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, para investor diharapkan tetap waspada terhadap pergerakan nilai tukar rupiah di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian ini. Keputusan-keputusan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia juga akan menjadi salah satu pendorong utama dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah ke depan.