Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS, Apa Penyebabnya?

Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS, Apa Penyebabnya?

by Andika Pratama at 16 Oct 2024 09:42

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (16/10/2024), ke level Rp15.512 per dolar AS. Penguatan ini tercatat sebesar 0,49% atau 76,5 poin menurut data Bloomberg. Sementara itu, indeks dolar AS juga terpantau turun sebesar 0,07% ke level 103,18.

Mata Uang Asia Juga Mengalami Penguatan

Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang Asia lainnya turut mengalami penguatan. Yen Jepang mengalami penguatan sebesar 0,11%, dolar Singapura menguat 0,05%, dolar Taiwan menguat 0,04%, serta won Korea Selatan yang menguat 0,22%. Bahkan, yuan China juga mencatat penguatan sebesar 0,03%.

Tidak hanya itu, rupee India dan peso Filipina juga menguat masing-masing sebesar 0,03% dan 0,11%, sedangkan baht Thailand mencatat kenaikan 0,2%. Penguatan mata uang-mata uang ini menunjukkan adanya faktor eksternal yang berpengaruh pada perekonomian regional.

Proyeksi Ibrahim Assuaibi untuk Hari Ini

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan bahwa untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun tetap ditutup menguat di rentang Rp15.530 hingga Rp15.630 per dolar AS. "Pergerakan yang fluktuatif ini mungkin disebabkan oleh beberapa sentimen dari dalam dan luar negeri," ujarnya.

Penyebab Fluktuasi Rupiah

Terdapat sejumlah sentimen yang turut memengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah. Dari luar negeri, sejumlah data yang dirilis oleh AS menunjukkan bahwa ekonomi tetap tangguh dan hanya mengalami sedikit pelambatan. Sementara itu, inflasi pada bulan September 2024 mencatat sedikit kenaikan yang melebihi ekspektasi para analis.

Kondisi ini membuat para pedagang pasar memotong spekulasi tentang kemungkinan penurunan suku bunga besar-besaran dari bank sentral AS, The Fed. Beberapa komentar dari pejabat tinggi The Fed, termasuk Gubernur Christopher Waller, menunjukkan bahwa mereka mendukung sikap hati-hati untuk mengurangi suku bunga lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang. Waller menyebutkan bahwa ada tanda-tanda ketahanan dalam ekonomi AS serta inflasi yang lebih kuat daripada yang diharapkan.

Dampak dari Ekonomi China dan Neraca Perdagangan Indonesia

Sementara itu, pembacaan ekonomi yang lemah dari China juga memberikan dampak pada sentimen pasar terhadap negara tersebut. Data yang dirilis pekan ini menunjukkan neraca perdagangan China tumbuh kurang dari yang diharapkan, disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekspor yang cukup tajam.

Dari dalam negeri, neraca perdagangan Indonesia terus menunjukkan hasil yang positif. Berdasarkan laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia pada bulan September 2024 mengalami surplus senilai US$3,26 miliar. Hal ini mencatatkan tren surplus yang telah berlangsung selama 53 bulan berturut-turut.

Bulan Surplus (US$ Billion)
Januari 2,15
Februari 3,10
Maret 1,75
April 2,00
Mei 2,35
Juni 2,20
Juli 2,55
Agustus 3,35
September 3,26

Dengan realisasi surplus tersebut, Indonesia hingga saat ini masih mendapatkan dukungan dari sejumlah komoditas utama seperti bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja. Komoditas-komoditas ini telah memberikan kontribusi signifikan terhadap surplus neraca perdagangan yang positif.

Kesimpulan

Dengan berbagai dinamika yang berlangsung, baik dari faktor eksternal maupun internal, nilai tukar rupiah tetap menunjukkan penguatan. Analisis dari berbagai indikator ekonomi serta situasi perdagangan global memberikan pandangan optimis terhadap tren nilai tukar rupiah ke depan. Pengawasan yang terus-menerus terhadap data inflasi, kebijakan The Fed, serta perkembangan perdagangan internasional akan menjadi kunci penting untuk memahami pergerakan rupiah di pasar valuta asing.

Berita Lainnya