Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Rupiah Tertekan: Peluang dan Tantangan di Tengah Geopolitik

Rupiah Tertekan: Peluang dan Tantangan di Tengah Geopolitik

by Gilang Permana at 16 Oct 2024 21:35

Rupiah tercatat melemah sepanjang bulan Oktober 2024 akibat tekanan dari berbagai faktor eksternal. Walaupun demikian, terdapat optimisme bahwa faktor ekonomi domestik yang positif serta ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (the Fed) dapat membawa kembali penguatan bagi mata uang rupiah.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menyatakan bahwa pelemahan rupiah tidak hanya dipicu oleh sentimen-sentimen eksternal seperti meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Peningkatan tensi geopolitik ini, diiringi dengan data tenaga kerja di Amerika Serikat yang membaik, memberikan dampak negatif terhadap nilai tukar rupiah.

Data Ekonomi dan Sentimen Global

Sejak awal bulan, rupiah tercatat mengalami pelemahan sebesar 2,4%, beriringan dengan penguatan dolar AS yang mencapai 2,5%. Penurunan nilai tukar rupiah ini masih lebih baik dibandingkan negara-negara Asia lainnya, seperti Ringgit Malaysia yang menyusut hingga 4%, serta Won Korea Selatan, Baht Thailand, dan Peso Filipina yang juga melemah di atas 3%.

Negara Pelemahan (%)
Rupiah (Indonesia) 2,4%
Ringgit (Malaysia) 4%
Won (Korea Selatan) 3%
Baht (Thailand) 3%
Peso (Filipina) 3%

Josua menjelaskan bahwa meskipun ada peningkatan aliran dana asing ke Indonesia, investor cenderung mengambil sikap wait and see terkait kondisi pasar global. Hal ini terlihat dari keluarnya dana asing dari pasar saham, namun pasar obligasi Indonesia masih mencatat inflow yang lebih positif saat ini.

Pengaruh Ekonomi China terhadap Rupiah

Dalam pandangannya, pemulihan ekonomi di China memberikan efek yang positif bagi Indonesia. Negara tersebut merupakan mitra dagang utama bagi Indonesia, sehingga setiap perubahan dalam kondisi ekonomi China akan memiliki dampak tak langsung terhadap perekonomian dan nilai tukar rupiah.

Walaupun menghadapi tekanan dari faktor eksternal, Josua tetap optimistis mengenai prospek nilai tukar rupiah. Menurutnya, ada saling tarik sentimen antara ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed yang diperkirakan akan terjadi pada November dan Desember, dengan kemungkinan masing-masing 25 basis poin (bps) di atas 80%. Gambaran situasi ini menggambarkan peluang bagi penguatan rupiah dalam waktu dekat.

Proyeksi dan Harapan untuk Akhir Tahun

Dengan situasi yang masih tidak menentu, Josua memproyeksikan bahwa rupiah akan berada di rentang Rp 15.300 hingga Rp 15.500 per dolar AS pada akhir tahun 2024. Ini menandakan bahwa meskipun keadaan ekonomi global dan domestik memiliki tantangan tersendiri, tetap ada ruang untuk optimisme di kalangan ekonom dan investor terhadap penguatan mata uang rupiah.

Kondisi Terkini Pasar Keuangan Indonesia

Pelemahan rupiah ini ditengarai tidak murni merupakan dampak dari meningginya ketegangan geopolitik ataupun kebijakan moneter dari AS semata, melainkan juga karena beberapa faktor domestik yang mesti mendapat perhatian lebih. Pasar obligasi yang menunjukkan aliran dana positif merupakan sinyal bahwa meskipun ada pelemahan dalam sektor saham, masih ada keyakinan akan stabilitas ekonomi Indonesia di mata investor asing.

Kesimpulan

Situasi nilai tukar rupiah saat ini menghadapi berbagai tantangan, namun ekonomi domestik yang positif serta langkah-langkah yang diambil oleh otoritas keuangan, termasuk ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh the Fed, dapat menjadi pendorong bagi penguatan rupiah ke depannya. Oleh karena itu, investor dan pelaku pasar di Indonesia perlu terus memantau perkembangan baik di dalam negeri maupun di tingkat global untuk mengantisipasi pergerakan nilai tukar yang lebih strategis.