Wawasan Terkini

Dapatkan Wawasan Terkini Setiap Hari

Saham Bank Lapis Dua: Antara Tantangan dan Peluang

Saham Bank Lapis Dua: Antara Tantangan dan Peluang

by Andika Pratama at 07 Oct 2024 10:40

Kinerja Emisi Perbankan Second Liner Tertekan

Kinerja emiten perbankan second liner atau bank lapis dua di Indonesia menghadapi tantangan berat pada tahun ini, akibat tingginya biaya dana yang terus meningkat. Meski demikian, sejumlah analis menyatakan bahwa saham dari bank-bank ini masih layak untuk dipertimbangkan oleh para investor.

Bank- bank yang Terkena Dampak

Beberapa emiten yang menunjukkan dampak negatif dari tingginya cost of fund hingga Agustus 2024 antara lain:
1. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN)
2. PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA)
3. PT Bank Mega Tbk (MEGA)

Contoh yang signifikan adalah Bank Tabungan Negara (BBTN) yang mencatatkan pembengkakan beban bunga sebesar 27% dibandingkan tahun lalu, yang naik dari Rp 9,44 triliun menjadi Rp 11,99 triliun. Hal ini berakibat pada penurunan pendapatan bunga bersih sebesar 12,32% yoy dari Rp 8,84 triliun tahun lalu menjadi Rp 7,87 triliun pada tahun ini. Penurunan ini juga berdampak pada laba bersih yang turun sebesar 10% secara tahunan menjadi Rp 1,80 triliun.

Kondisi Bank Mega dan CIMB Niaga

Sementara itu, Bank Mega juga mengalami keadaan serupa, dengan beban bunga yang meningkat 14,4% menjadi Rp 3,33 triliun, yang pada akhirnya menurunkan laba bersih menjadi hanya Rp 1,72 triliun, turun 32% dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 2,53 triliun. Ketidakagresifan dalam penyaluran kredit juga terlihat pada total kredit Bank Mega yang mencatatkan penurunan sebesar 6,27% menjadi Rp 60,99 triliun.

Di sisi lain, Bank CIMB Niaga juga mencatatkan beban bunga yang membengkak sebesar 22,4% menjadi Rp 6,83 triliun, yang berpengaruh pada penurunan pendapatan bunga bersih sebesar 3,53% menjadi Rp 8,19 triliun. Meski demikian, laba bersih bank ini masih bisa tumbuh sebesar 4,37% menjadi Rp 4,37 triliun.

Harapan di Tahun Mendatang

Direktur Consumer Banking CIMB Niaga, Noviady Wahyudi, menyatakan meskipun pertumbuhan kredit secara total tidak sesuai dengan harapan manajemen, segmen ritel masih dapat tumbuh di atas 6% per tahun. Dia optimis pada tahun 2025 dengan penurunan BI rate yang akan memberikan dampak positif pada biaya dana dan penyaluran kredit. Laporan Noviady mencerminkan komitmen mereka untuk lebih memprioritaskan kualitas aset, sedangkan rasio non-performing loan (NPL) dapat terjaga lebih baik dibandingkan industri perbankan secara keseluruhan.

Peluang Saham Bank Lapis Dua

Menurut analis dari Mirae Asset, Nafan Aji Gusta, meski beban bunga mempengaruhi dinamika harga saham bank kecil, terdapat peluang untuk meraih keuntungan. Nafan merekomendasikan saham BBTN dan BNGA untuk dibeli secara akumulatif, masing-masing pada harga Rp 1.775 dan Rp 2.660, sementara untuk saham MEGA tidak disarankan karena likuiditasnya yang rendah.

Persepsi Pasar dan Sentimen

Direktur PT Reliance Sekuritas Tbk, Reza Priyambada, menilai bahwa meskipun ada penurunan kinerja yang sedikit terjadi di bank lapis dua, hal ini tidak signifikan. Sentimen pasar akan sangat mempengaruhi harga saham, dan penting bagi emiten bank untuk tetap menjalankan fundamental yang baik. Dia merekomendasikan untuk tetap mengawasi saham BRIS, BBTN, BNGA, dan NISP dengan prospek yang lebih terang menjelang akhir tahun.

Reza menekankan bahwa penting untuk memperhatikan akuisisi yang dapat menambah nilai perusahaan, namun perlu diingat bahwa segala keputusan investasi harus didasarkan pada analisis yang komprehensif.

Kesimpulan

Kondisi yang dihadapi oleh emiten bank lapis dua saat ini mungkin terlihat cukup menantang, namun dengan pengelolaan yang baik dan harapan terhadap pemulihan ekonomi di masa mendatang, ada potensi untuk perbaikan kinerja. Investor disarankan untuk tetap memantau perkembangan dan melakukan analisis yang tepat sebelum membuat keputusan investasi.